Beda Dulu dan Sekarang, Cara Masyarakat Menanggapi Kematian

- 4 Juni 2023, 21:50 WIB
ilustrasi kematian
ilustrasi kematian /2427999

INDONESAINS - Lahir, hidup, menua dan meninggal dunia adalah siklus tak terbantahkan dari umat manusia. Mati adalah rahasia Illahi yang tak satupun dari kita mengetahui kedatangannya, namun dengan kemajuan teknologi kedokteran masa kini, memperpanjang usia harapan hidup itu bukanlah hal yang mustahil.

Namun tak banyak yang tahu sejarah kematian manusia pada zaman jaman dahulu. Bagi sebagian masyarakat, kondisi menjelang kematian (sakaratul maut) adalah sakral tidak mengerikan seperti sekarang. Cara manusia menghadapi kematian berubah drastis selama beratus tahun. Dan beberapa diangkat dalam adegan film adalah memang benar berdasarkan kondisi nyata dalam sejarah.

Zaman Pertengahan. Di zaman ini kematian adalah urusan publik. Berduyun-duyun orang berkumpul di ranjang menyaksikan seseorang menghadapi kematian. Saat orang ini sekarat dengan terbuka mewariskan semua harta bendanya kepada ahli warisnya, saat itu juga merupakan kesempatan menyelesaikan perselisihan keluarga yang sebelumnya terjadi.

ilustrasi kuburan
ilustrasi kuburan Bret Sayless

Menjelang Era Modern. Selepas zaman pertengahan lewat, kematian seseorang menjadi lebih terkontrol. Orang yang sekarat tidak lagi menjadi pusat perhatian khalayak ramai. Fokusnya saat itu beralih pada kesedihan orang-orang terkasih yang ditinggalkannya.

Era Victoria (1837-1901), kematian menjadi bagian dari kehidupan (pribadi) keluarga di rumah. Kematian terjadi di kamar tidur keluarga, lalu jenazahnya diletakkan di ruang keluarga; namun tidak semua kerabat atau teman hadir, hanya keluarga dekat yang ada di sana untuk menyaksikan kematian orang tersebut.

Abad ke-20 kematian hampir seluruhnya dikeluarkan dari konteks rumah dan dialihkan ke fasilitas medis. Perubahan ini terjadi paling dramatis setelah Perang Dunia II. Ketika kematian pindah dari rumah dan keluar dari siklus alami kehidupan keluarga, makna kematian sama sekali baru. Itu menjadi acara medis, dan selalu ditakuti oleh semua orang.

ilustrasi pasien di RS
ilustrasi pasien di RS @ vafphotos
Lahir dan Mati. Tubuh kita mengetahui bagaimana untuk mati dengan cara yang sama bagaimana kita dilahirkan. Di jaman modern ini , kebanyakan bayi lahir tanpa komplikasi. Karena kelahiran alami secara umum direncanakan dilakukan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan, berjaga-jaga seandainya ada komplikasi. Di jaman dahulu, ibu bisa melahirkan bayinya sendiri, meskipun beresiko mengalami perdarahan bahkan bayi yang tidak selamat. 

Dilansir dari dyingconsciously.org, peneliti mengatakan manusia yang mati, dan kembali ke roh secara alami meninggalkan jejak energi cahaya yang dikenal sebagai Iuminous energy field. Selama sekarat, hanya 5-10% orang tidak melakukan perjalanan ke roh secara alami dan menjadi Earth-bound (terikat di Bumi). Artinya, hanya sebagian kecil dari mereka di akhir masa hidupnya menyadari dia akan mati.

Kesimpulan. Kematian adalah rahasia Tuhan yang tidak akan pernah bocor ke tangan manusia. Cara masyarakat memandang kematian berbeda-beda setiap masa maupun tempat. Sebagai makhluk sosial, manusia dilahirkan menangis, dan ditangisi banyak orang saat dia tiada. Seorang penjahat yang meninggaIpun, tetap mendapatkan pemakaman yang layak seperti orang normal. Inilah sifat sosial masyarakat yang luar biasa.***

Editor: Setyo Ari Cahyono

Sumber: nltimes.nl


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x