Sundaland, Kotoran Kelelawar di Kalimantan dan Biodiversitas Indonesia

- 29 Juli 2023, 07:00 WIB
Tumpukan kotoran kelelawar di Kalimantan mengungkap biodiversitas Indonesia.
Tumpukan kotoran kelelawar di Kalimantan mengungkap biodiversitas Indonesia. /Kemdikbud

Indonesains - Sekitar 20.000 ribu tahun yang lalu, Pulau Sumatera, Kalimantan dan Jawa menyatu sebagai satu benua yang disebut Sundaland. Menurut teori, wilayah Sundaland seharusnya memiliki kesamaan hayati.

Akan tetapi, faktanya di zaman sekarang, ketiga pulau besar di Indonesia tersebut memiliki biodiversitas atau keanekaragaman hayati yang tinggi. Fakta itu telah menjadi misteri di kalangan ilmuwan dan naturalis.

Untuk mencoba mengungkap misteri tersebut, para peneliti dari James Cock University meneliti setumpuk kotoran kelelawar setinggi 3 meter untuk menjelaskan lanskap benua kuno Sundaland.

Hasil penelitian itu dapat membantu menjelaskan keanekaragaman hayati di Kalimantan, Sumatra, dan Jawa saat ini serta menambah pemahaman tentang bagaimana orang-orang bergerak melalui wilayah tersebut, menurut peneliti.

Dr. Chris Wurster, salah seorang peneliti mengatakan salah satu teori mengatakan bahwa bekas benua (Sundaland) dapat dijelaskan dengan koridor sabana atau padang rumput dan semak yang luas.

Teori itu mungkin menjelaskan mengapa Sumatra dan Kalimantan masing-masing memiliki spesies orang utan sendiri, meskipun mereka terhubung melalui darat selama jutaan tahun.

Koridor akan membagi dua tempat perlindungan hutan hujan yang terpisah, teori koridor juga diperkuat oleh jutaan kelelawar pemakan serangga, yang telah mengumpulkan bukti tentang lanskap selama ribuan tahun dan menyimpannya dalam lapisan di gua-gua mereka.

"Kotoran kelelawar sangat informatif, dan terutama di daerah tropis, di mana iklim dapat membuat beberapa mode investigasi yang lebih tradisional tidak dapat dilakukan," kata Dr Wurster.

Benua kuno Sundaland sekitar 20.000 tahun yang lalu.
Benua kuno Sundaland sekitar 20.000 tahun yang lalu. Yarista et al.

Halaman:

Editor: Ricky Jenihansen

Sumber: Nature James Cock University


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah