Misteri Sains: Da Vinci Menderita Gangguan dengan Gejala Mirip Autisme?

25 Oktober 2023, 09:00 WIB
Leonardo da Vinci telah lama menjadi misteri sains. Meski jenius, tapi dia selalu kesulitas menyelesaikan karyanya. /Museum of Science

Indonesains - Harus diakui bahwa Leonardo da Vinci adalah seniman jenius yang luar biasa, telah menghasilkan beberapa seni paling ikonik di dunia. Akan tetapi, catatan sejarah menunjukkan bahwa da Vinci selalu mengalami kesulitan untuk menyelesaikan karyanya dan ini menjadi misteri sains.

Hasil penelitian menunjukkan penjelasan terbaik untuk ketidakmampuan Leonardo menyelesaikan karyanya adalah bahwa seniman jenius itu mungkin memiliki gangguan yang punya gejala mirip seperti autisme yang disebut Attention Deficit and Hyperactivity Disorder atau Defisit Perhatian dan Gangguan Hiperaktif (ADHD).

Dalam sebuah artikel di jurnal Brain yang dipublikasikan daring, Profesor Catani menjabarkan bukti yang mendukung hipotesisnya, menggambar pada catatan sejarah praktik kerja dan perilaku Leonardo. Selain menjelaskan mengapa Leonardo seringkali menunda pekerjaannya, ADHD juga menjadi faktor tingginya kreativitas dan prestasi luar biasa Leonardo di bidang seni dan sains.

Peneliti mengatakan, walaupun mustahil untuk membuat diagnosis post-mortem (pemeriksaan mayat) untuk seseorang yang hidup 500 tahun yang lalu, ia yakin bahwa ADHD adalah hipotesis yang paling meyakinkan dan masuk akal secara ilmiah untuk menjelaskan Kesulitan Leonardo dalam menyelesaikan karyanya.

Catatan sejarah menunjukkan Leonardo menghabiskan banyak waktu merencanakan proyek tetapi tidak memiliki ketekunan. ADHD dapat menjelaskan aspek-aspek temperamen Leonardo dan kejeniusannya yang lincah dan aneh. '

ADHD adalah gangguan perilaku yang ditandai dengan penundaan yang terus-menerus, ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas, mengembara pikiran dan kegelisahan tubuh dan pikiran. Sementara yang paling umum dikenal di masa kecil, ADHD semakin banyak didiagnosis di kalangan orang dewasa termasuk mahasiswa dan orang-orang dengan karir yang sukses.

Ilustrasi ADHD. Pexels

Di sisi lain, orang dengan ADHD selalu melompat-lompat dari ide yang satu ke ide yang lain. Orang dengan ADHD punya banyak kreativitas dan ide, tapi kesulitan untuk menyelesaikannya karena terlalu hiperaktif.

Kesulitan-kesulitan Leonardo untuk menekuni tugas-tugasnya sudah terjadi sejak kecil. Cerita dari para penulis biografi dan orang-orang sezaman menunjukkan Leonardo terus-menerus dalam perjalanan, sering melompat dari satu tugas ke tugas lainnya.

Seperti banyak dari mereka yang menderita ADHD, ia tidur sangat sedikit dan bekerja terus menerus siang dan malam dengan bergantian siklus cepat tidur siang pendek dan waktu terjaga yang singkat.

Menurut peneliti, sisi paling khas namun mengganggu dari pikiran Leonardo adalah keingintahuannya yang rakus, yang keduanya mendorong kreativitasnya dan juga mengalihkan perhatiannya. Profesor Catani berpendapat bahwa ADHD dapat memiliki efek positif, misalnya pikiran yang berkelana dapat memicu kreativitas dan orisinalitas.

Namun, meskipun bermanfaat pada tahap awal proses kreatif, sifat yang sama dapat menjadi penghalang ketika minat beralih ke hal lain.

Leonardo mungkin telah menganggap dirinya sebagai orang yang gagal dalam kehidupan., tapi menurut peneliti kisah Leonardo menunjukkan bahwa ADHD tidak terkait dengan IQ rendah atau kurangnya kreativitas melainkan kesulitan memanfaatkan bakat alami secara maksimal. Ia berharap pemahaman tersebut dapat membantu kita mengubah beberapa stigma seputar ADHD.***

Editor: Ricky Jenihansen

Sumber: Brain Journal

Tags

Terkini

Terpopuler