INDONESAINS- Pada artikel sebelumnya telah disampaikan bagaimana alat cetak tiga dimensi yang sudah mulai merambah dunia kuliner, yaitu 3D Food Printer. Mencetak daging (buatan) dengan cara bioteknologi, rasanya daging sapi tapi bukan berasal dari sapi yang di sembelih di peternakan. Bagaimana bisa? Itulah kemajuan teknologi rekayasa makanan dengan teknologi tinggi.
Pabrik daging buatan. Baru-baru saja ilmuwan menggagas ide untuk menempatkan daging di piring yang berasal reaktor biologis, bukan yang berasal dari peternakan sapi konvensional. Ide-ide itu pun berkembang menjadi sekian banyak realisasi (proyek) nyata untuk memproduksi daging buatan (vat meat) tersebut. Gagasan yang asal mulanya dianggap cuman spam teknologi, alias impian fiktif saja.
Sebelum daging buatan itu ditumbuhkan, mereka sejatinya hanya berada di dalam cawan gelas laboratorium. Pengusaha besar melirik mengembangkan lebih lanjut karena ini menggugah selera, diminati banyak orang, dan berpotensi diproduksi secara massal serta bisa dijual bebas sebagai barang lumrah seperti cornet atau daging kemasan pada umumnya. Daging hasil uji coba laboratium (cultured meat) kini nyata menjadi daging yang ditumbuhkan secara massal (cultivated meat). Hal ini terdengar bagus untuk masa depan ketahanan pangan dunia, daging yang ramah lingkungan, dihasilkan tanpa melewati tahap peternakan, dan tidak menimbulkan dampak berarti pada lingkungan.
Meskipun begitu rasanya tetap seperti daging (sapi) asli, yang membedakan adalah itu di produksi dengan steril, tidak terkontaminasi racun, bakteri/ penyakit seperti di peternakan, atau rumah potong hewan, yang bercampur aduk dengan kotoran, sisa jerami dan lumpur. Menghindarkan yang kita makan terkontaminasi E.coli atau Salmonella, bakteri yang selama ini berada di makanan yang tidak bersih.
Bahkan merekayasa tekstur daging sapi atau ayam tapi dengan kandungan gizi setara daging ikan salmon. Luar biasa kan? Jika teknologi pangan ini sampai ke Indonesia akan banyak variasinya, membuat steak bertekstur daging sapi dengan rasa bebek mungkin? Atau apalagi?
Kandungan gizi bisa di takar sesuai keinginan konsumen menyesuaikan dengan program dietnya. Karena masih sedikit produk ini yang dijual di pasaran, dibutuhkan label khusus dan juga sertifikasi Halal tentunya. Termasuk kandungan nutrisi apa saja yang ada di dalamnya agar konsumen tahu, dan dapat memilih profil daging yang sehat.
Sudah dijual? Startup kuliner FoodPanda berafiliasi dengan GOODFoods telah mulai menjual daging buatan ini. Di Asia mereka telah beroperasi sejak 2020 memenuhi kebutuhan bahan untuk acara-acara di restoran dan hotel di Singapura, bahkan juga sudah merambah di lingkungan Street food. Namun saat ini di tempat asalnya, GOODFoods belum mengantongi izin dari FDA (BPOM nya Amerika).