Ponsel Kita Mengandung Emas Lebih Banyak Dari yang Kita Perkirakan

- 28 September 2023, 22:50 WIB
Ilmuwan membongkar komponen ponsel.
Ilmuwan membongkar komponen ponsel. /University of Plymouth

Indonesains - Setiap tahunnya, lebih dari 1,4 miliar handphone atau ponsel diproduksi di seluruh dunia. Banyak di antara kita memiliki lebih dari satu. Tapi apa pernah kita memikirkan terbuat dari apa ponsel tersebut, dari mana asalnya dan apa yang harusnya dilakukan jika kita tidak menggunakannya lagi?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, para ilmuwan dari Universitas Plymouth, Inggris menghancurkan sejumlah ponsel, memblendernya dan meleburnya dengan suhu 500 derajat celcius dengan oksidator kuat, kemudian melakukan analisis kimia pada hasil leburan tersebut yang menjadi seperti debu.

Hasilnya, debu tersebut mengandung 33 gram zat besi, 13 gram silikon, 7 gram kromium, serta sejumlah elemen kimia lainnya dalam jumlah yang lebih kecil.

Tidak hanya itu, debu tersebut juga mengandung elemen kimia penting lainnya, yaitu 900mg tungsten dan 70mg kobalt dan molibdenum, serta 160mg neodymium dan 30mg praseodymium. Kemudian juga diketahui, setiap ponsel mengandung 90mg perak dan 36mg emas.

Ini berarti bahwa dari segi konsentrasi, ponsel memiliki 100 kali lebih banyak emas, atau 10 kali lebih banyak tungsten dibandingkan mineral tambang yang oleh ahli geologi sebut bermutu tinggi.

Ini juga menunjukkan bahwa untuk membuat hanya satu telepon, kita perlu menambang 10-15 kg bijih mineral, termasuk 7 kg bijih emas bermutu tinggi, 1 kg bijih tembaga bermutu tinggi, 750 gram bijih tungsten bermutu tinggi dan 200 gram bijih nikel bermutu tinggi.

Bahkan jika tidak beruntung, setiap 100 kg bijih emas paling hanya menghasilkan sekitar sekitar 1 kg emas murni. Jadi bayangkan berapa banyak penambangan yang diperlukan untuk membuat ponsel setiap tahunnya.

Dr Dijkstra, Dosen di Igneous Petrology, mengatakan bahwa kita selama ini semakin bergantung dengan ponsel kita, tetapi hampir semua orang tidak benar-benar berpikir dari mana asalnya barang tersebut.

"Ketika kamu mengetahui jawabannya, bisa saja bahan yang terdapat di sebuah ponsel itu ternyata berasal dari zona konflik di Afrika," katanya.

Halaman:

Editor: Ricky Jenihansen

Sumber: University of Plymouth


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x