Meski Didiskriminasi, Muslim Eropa Tetap Berpikir Positif Terhadap Uni Eropa

27 Oktober 2023, 19:00 WIB
Muslim Eropa cenderung berpikir positif meski sering didiskriminasi. /4plebs

Indonesains - Fakta mengejutkan dari hasil penelitian sosial di Eropa terhadap komunitas Muslim di benua biru tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk pertama kalinya, Cluster of Excellence menganalisis sikap Muslim eropa.

Penelitian tersebut berkenaan dengan penerimaan Muslim Eropa terhadap Uni Eropa, yang notabene bahwa Uni Eropa selama ini dinilai cenderung distigmakan negatif dan sering terjadi diskriminasi terhadap kelompok Muslim di Eropa.

Ternyata, seperti dilansir laman EurekAlert, muslim Eropa lebih memiliki pandangan positif terhadap Uni Eropa (UE) dibandingkan kelompok non agama atau agama lainnya, bahkan agama mayoritas di Eropa sekalipun.

"Rata-rata, Muslim memiliki tingkat kepercayaan yang lebih tinggi pada institusi UE daripada anggota kelompok agama atau non-agama lainnya," kata Prof. Dr. Bern Schlipphak, ilmuwan politik di Cluster of Excellence.

Hal ini menjadi sangat menarik, pasalnya, selama ini Uni Eropa tidak cukup ramah terhadap Muslim Eropa, bahkan di banyak hal, UE cenderung bersikap diskriminatif terhadap Muslim.

Meski demikian, ternyata Muslim Eropa tetap berpikiran positif terhadap Uni Eropa dan memiliki tingkat kepercayaan lebih tinggi dari kelompok non-Agama atau bahkan kelompok Agama lainnya, bahkan untuk warga Eropa dari Agama mayoritas sekalipun.

"Dari semua kelompok yang dianalisis, dari 16 negara Eropa, Muslim adalah satu-satunya yang, misalnya, menilai kepercayaan mereka di Parlemen Eropa lebih tinggi dari 5, dalam skala 1 sampai 10," lanjut Bern.

Saat ini, ada banyak diskusi tentang kurangnya penerimaan UE oleh masyarakat Eropa, namun hal itu tidak berlaku bagi masyarakat Muslim di Eropa, yang memiliki pandangan positif terhadap UE.

"Muslim Eropa menganggap diri mereka lebih religius daripada orang Eropa lainnya", jelas ilmuwan politik Mujtaba Isani, rekan penulis studi tersebut. "Religiusitas ini, bagaimanapun, tidak memiliki pengaruh negatif maupun positif terhadap kepercayaan mereka terhadap institusi politik di tingkat domestik dan UE."

Dengan penelitian ini, para periset juga memberikan kaitan dengan perdebatan yang membahas apakah ketidakcocokan nilai-nilai dan religius Eropa dan Islam menghambat integrasi.

Seperti religiusitas, baik pendidikan maupun usia maupun jenis kelamin tidak memiliki pengaruh terhadap sikap Uni Eropa, seperti ucapan Prof. Schlipphak.

"Studi kami menunjukkan: Integrasi yang berhasil membawa pada tingkat kepercayaan yang lebih tinggi pada institusi politik di tingkat domestik dan Eropa. Upaya integrasi jangka panjang sangat diperlukan jika kita ingin menjaga tingkat kepercayaan yang tinggi di kalangan Muslim Eropa di UE."

Penelitian ini merupakan analisis empiris sistematis pertama mengenai sikap Uni Eropa di kalangan Muslim Eropa. Para peneliti mengevaluasi data dari European Social Survey (ESS) dari tahun 2002 sampai 2014; Data yang lebih baru mengenai topik penelitian ini tidak tersedia.

Para akademisi membandingkan pernyataan 3.601 Muslim Eropa dengan kelompok agama dan non-religius lainnya. Di antara orang-orang Muslim yang diwawancarai, 95 persen berimigrasi ke UE; 71 persen dari mereka adalah migran generasi pertama.***

Editor: Ricky Jenihansen

Sumber: EurekAlert!

Tags

Terkini

Terpopuler