Ilmuwan Panik Karena Muncul Radias Nuklir dari Mayat yang DIkremasi

- 27 September 2023, 17:50 WIB
Ilustrasi kremasi mayat.
Ilustrasi kremasi mayat. /MohsinTaqvi/IndiaToday

Indonesains - Seorang pria berumur 69 tahun dengan kanker pankreas pergi ke rumah sakit dengan tekanan darah yang tidak normal, sayangnya dia meninggal dua hari kemudian dan jenazahnya dikremasi.

Tapi ternyata masalahnya tidak selesai hanya sampai di situ, pihak rumah sakit dan petugas yang mengkremasi mayat pria itu tidak mengetahui bahwa satu hari sebelum pria itu meninggal, pria itu mendapatkan suntikan senyawa radioaktif di rumah sakit lain untuk mengobati kankernya tersebut.

Dan ketika jenazahnya dibakar, dosis radioaktif jenis lutetium Lu 177 dotate masih ada di dalam tubuhnya. Kasus ini menimbulkan kekhawatiran dan membuat pihak rumah sakit dan para petugas menjadi panik dan khawatir dengan potensial berbahaya radiasi yang muncul karenya.

Peristiwa itu terjadi pada tahun 2017 lalu dan membuat para ilmuwan terlibat karenanya dan hasil penelitiannya dilaporkan di Jurnal Jama Network, dengan judul "Radiation Contamination Following Cremation of a Deceased Patient Treated With a Radiopharmaceutical".

Hasil penelitian tersebut menggambarkan risiko dan potensi yang ditimbulkan oleh rata-rata 18,6 juta prosedur pengobatan nuklir yang melibatkan radiofarmasi yang dilakukan di Amerika setiap tahunnya.

Aturan yang berlaku saat ini mengatur bagaimana obat ini diberikan kepada pasien yang masih hidup, tapi tidak ada aturan yang jelas ketika pasien tersebut meninggal.

Para peneliti menjelaskan bahwa mengkremasi seorang pasien yang terpapar radiofarmasi kemudian dapat membuat para pekerja yang terlibat terpapar dan bahkan lebih berbahaya.

Pada kasus mayat di Arizona tersebut, hampir sebulan setelah kremasi dilakukan, para pekerja mereka menggunakan penghitung Geiger untuk mendeteksi tingkat radiasi di dalam ruang kremasi dan pada peralatan, termasuk oven, filter vakum, dan penghancur tulang.

Kevin Nelson, salah satu anggota tim peneliti mengatakan bahwa memang hasil pengukuran radioaktif di sana radiasinya tidak seperti dampak setelah ledakan nuklir di Chernobyl atau Fukushima, tetapi itu lebih tinggi dari apa yang diperkirakan.

Halaman:

Editor: Ricky Jenihansen


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah