Separuhnya dari Indonesia dan India, Facebook Akan Lebih Banyak Berisi Orang Mati

- 30 September 2023, 19:00 WIB
Ilustrasi kuburan facebook.
Ilustrasi kuburan facebook. /The Mirror

Indonesains - Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh akademisi dari Oxford Internet Institute (OII) di University of Oxford, dalam 50 tahun mendatang, diperkirakan jumlah kematian akan melebihi jumlah pengguna yang masih hidup di Facebook. Analisis ini mengungkap tren yang berpotensi memiliki dampak besar terhadap cara kita memperlakukan warisan digital kita di masa depan.

Studi ini memperkirakan bahwa, berdasarkan tingkat pengguna pada tahun 2018, setidaknya 1,4 miliar anggota Facebook akan meninggal sebelum tahun 2100. Dalam skenario paling sederhana, jumlah kematian ini bahkan dapat melampaui jumlah orang yang masih hidup di Facebook pada tahun 2070. Namun, jika pertumbuhan jaringan sosial terus berlanjut dengan tingkat saat ini, jumlah pengguna yang meninggal bisa mencapai 4,9 miliar sebelum akhir abad ini.

Carl Öhman, penulis utama penelitian dan seorang kandidat doktoral di OII, menyampaikan bahwa statistik ini memunculkan pertanyaan sulit tentang kepemilikan data dan manajemen warisan digital. Pertanyaan etis tentang siapa yang memiliki hak atas data ini dan bagaimana seharusnya dikelola untuk kepentingan keluarga dan teman-teman almarhum, serta digunakan oleh para sejarawan di masa depan untuk memahami sejarah.

Öhman juga mencatat bahwa manajemen warisan digital akan mempengaruhi semua orang yang menggunakan media sosial, karena pada akhirnya kita semua akan meninggalkan data ketika meninggal. Profil pengguna yang telah meninggal akan menjadi bagian dari warisan digital global yang besar.

David Watson, seorang rekan penulis dan mahasiswa di OII, menyoroti bahwa belum pernah sebelumnya dalam sejarah manusia terdapat arsip perilaku dan budaya yang sedemikian besar yang terkumpul di satu tempat. Mengontrol dan mengelola arsip ini akan mempengaruhi kita sebagai masyarakat secara luas. Oleh karena itu, penting untuk memastikan akses ke data historis ini tidak terbatas pada perusahaan tunggal, dan agar generasi mendatang dapat menggunakan warisan digital ini untuk memahami sejarah mereka sendiri.

Penelitian ini mengusulkan dua skenario ekstrim. Pertama, bila diasumsikan tidak ada pengguna baru yang bergabung setelah tahun 2018, maka pangsa pengguna yang meninggal di Asia akan meningkat pesat, mencapai hampir 44% dari total pada akhir abad ini. Kedua, bila diasumsikan pertumbuhan Facebook terus berlanjut sebesar 13% secara global setiap tahun, maka Afrika akan menjadi bagian yang semakin bertambah penggunanya, dengan Nigeria sebagai pusat utama.

Öhman menegaskan bahwa hasil penelitian ini bukan prediksi masa depan, melainkan komentar tentang perkembangan saat ini dan kesempatan untuk membentuk arah yang diambil di masa depan.

Ia menekankan bahwa Facebook harus melibatkan sejarawan, arsiparis, arkeolog, dan ahli etika dalam proses kurasi besar-besaran data yang ditinggalkan ketika pengguna meninggal dunia. Tantangan ini tidak hanya sebatas beberapa tahun ke depan, tetapi bisa mempengaruhi kebijakan dan praktik selama beberapa dekade mendatang.

Studi ini didasarkan pada data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang memberikan perkiraan jumlah kematian dan total populasi untuk setiap negara di dunia berdasarkan usia, serta data dari Facebook yang diambil dari fitur Audience Insights perusahaan. Temuan studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Big Data & Society dengan judul "Are the dead taking over Facebook? A Big Data approach to the future of death online" yang dapat diakses secara daring.***

Editor: Ricky Jenihansen

Sumber: University of Oxford


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x