INDONESAINS - Jika kita pernah melihat film kartun berjudul "Cloudy Meat Balls" yang dibuat dua sequel, tahun 2009 dan 2013 lalu. Menceritakan bagaimana seorang remaja yang hobi sains_ dan kuliner, menciptakan sebuah mesin yang bisa mencetak berbagai jenis makanan berdasarkan program/perintah nya. Jika mesin dia program untuk mencetak sebuah burger, maka dengan ajaib burger asli akan keluar dari lubang cetakannya. Begitu juga saat dia diprogram mencetak ayam goreng maupun jajanan donat, dll.
Mesin cetak makanan. Vending machine, sudah ada dimana-mana, kalau kita di banara atau mall, hendal beli minuman kopi atau air soda tinggal masukkan selembar uang ke box mesin, minuman akan keluar secara otomatis. Tapi kalau mesin pencetak makanan gimana? Mesin seperti itu, terdengar fiktif alias khayal (di jaman lalu dikenal sebagai Food replicator). Tapi dengan kemajuan teknologi industri saat ini, mesin yang mendekati kemampuan itu mulai diwujudkan. Nah kira-kira bisa jadi ancaman bagi chef atau koki ya? Karena jika semua nya bisa dipesan secara instan sesuai apa yang kita mau, dikuatirkan dalam masa depan, pekerjaan koki lambat laun tergantikan mesin.
Printer 3D pada umumnya mencetak objek tiga dimensi menggunakan cairan khusus, resin (serat plastik cair) atau juga lembaran filamen (fiber)yang terkoneksi ke printer melalui wadah khusus, diprogram menggunakan komputer, dan software CAD 3Dimensi, mencetak objek lapis demi lapis (layer) sesuai desainnya. Hal yang sama ketika 3D printer nya berjenis pencetak besi/ metal, yang dimiliki pemerintah Qatar. Itu bisa mengubah serbuk besi, memadatkan nya menjadi sebuah objek logam yang utuh untuk keperluan industri. Tentunya jika untuk keperluan 3D food print, bahan yang berperanan sebagai "tinta" adalah yang edible atau serbuk makanan yang bisa dicerna.
Baca juga : Muda Salah Makan, Tua Hancur di Badan
Bagaimana cara kerja pencetak makanan 3D? 3D Food printer, seperti alat cetak 3D pada umumnya terdiri dari lengan otomatis, yang terdapat nozzle (Botol nosel, seperti botol saos di warung bakso) dan jarum penyemprot bahan untuk membentuk struktur tiga dimensi makanan yang telah di desain di komputer. Itu seperti mensimulasikan tangan koki yang lentur saat meracik makanan. Lengan komputer bergerak di sekitar plat, bahan makanan yang berwarna-warni disemprotkan membentuk makanan sesuai keinginan kita. Bahan makanan yang dimasukkan tabung tinta berbentuk gel atau pasta (bubur).
Saat desainer mengunggah model tiga dimensi makanan nya, mesin mulai memanaskan bahan makanan agar lentur, dan cukup hangat untuk dibentuk. Botol nosel menuangkan makanan diatas plat yang dingin (yang bertindak sebagai piring), sehingga makanan cepat membeku sebelum ditambahkan lapisan bahan lain. Lapis demi lapis (layer), resin yang bisa dicerna keluar melalui ekstruder (jarum penyembur) untuk membentuk stuktur makanan. Makanan seketika diawetkan, dibantu serangkaian reaksi kimia guna mempertahankan bentuk makanan agar tidak cepat hancur atau membusuk. Koki "desainer" nya sebelumnya juga telah memikirkan bahan mentah seharusnya yang kental/ padat, adonan yang mudah dibentuk dan statis.
Aman dimakan? Kita selalu berpikir jika semua dihasilkan oleh mesin itu mengandung bahan tambahan, atau racun. Apalagi proses mekanis pencetak makanan 3D juga melibatkan reaksi kimia seperti proses pengawetan instan. Koki "desainer" alias operator 3d food printer juga harus menerapkan prinsip kebersihan setara pengolahan makanan secara umunya, tentang kebersihan alat, bahan, sanitasi ruangan mengikuti kode-kode standar pengelolaan makanan (HACCP). Jika semua hal terpenuhi makanan hasil cetak mesin ini, dipastikan aman untuk dikonsumsi.
Jenis makanan olahan Printer 3D. Hal ini tidak seperti kita bayangkan memasukkan bahan mentah daging, tepung dan mihun mentah, serta kuah ke dalam mesin cetak lalu keluarlah bakso instan. Atau mungkin kita memasukkan beras, air, santan serta sayuran untuk berharap keluar lontong sayur dari alat itu. Belum, kemampuan nya belum sejauh itu.