Dunia Duniosarus: Mengungkap Evolusi Burung dari Dinosaurus Pelari

- 29 September 2023, 13:55 WIB
Asal usul penerbangan unggal telah lama menjadi perdebatan.
Asal usul penerbangan unggal telah lama menjadi perdebatan. /PLoS One

Indonesains - Salah satu misteri dunia dinosaurus dan telah menjadi perdebatan panjang dalam dunia ilmu paleontologi adalah tentang asal usus penerbangan unggas yang telah menjadi titik perdebatan. Terutama sejak penemuan Archaeopteryx -salah satu unggas paling awal yang dianggap peralihan dinosaurus dan burung- pada tahun 1861.

Untuk itulah, ilmuwan dari Universitas Tsinghua, Beijing mencoba mengungkap kemungkinan evolusi dinosaurus menjadi burung. Seperti diketahui, burung adalah evolusi terakhir dinosaurus yang masih hidup hingga saat ini.

Berdasarkan hasil studi mereka dengan menggunakan pendekatan matematika dan fisika, para peneliti menemukan bahwa sebelum mereka mengembangkan kemampuan untuk terbang, dinosaurus berkaki dua mungkin telah mulai mengepakkan sayap mereka sebagai efek pasif dari berlari di tanah.

Temuan dunia dinosaurus tersebut telah memberikan wawasan baru dunia dinosaurus dari perdebatan asal usul unggas, jenis penerbangan yang meluncur tampaknya telah matang lebih awal dalam sejarah evolusi, semakin banyak bukti menunjukkan bahwa penerbangan kepakan yang aktif mungkin muncul tanpa fase peralihan yang sedang.

Jing-Shan Zhao dari Universitas Tsinghua untuk memeriksa titik kunci ini dalam sejarah evolusi, Zhao dan rekan-rekannya mempelajari Caudipteryx, dinosaurus non-terbang paling primitif yang diketahui memiliki sayap berbulu. Hewan bipedal ini memiliki berat sekitar 5 kilogram dan berlari hingga 8 meter per detik.

Dengan pendekatan matematika, perhitungan mengungkapkan bahwa kecepatan lari antara sekitar 2,5 hingga 5,8 meter per detik akan menciptakan getaran paksa yang menyebabkan sayap dinosaurus mengepak.

Eksperimen dunia nyata memberikan dukungan tambahan untuk perhitungan ini. Para ilmuwan membangun robot seukuran Caudipteryx yang dapat berlari dengan kecepatan berbeda, dan mengkonfirmasi bahwa berlari menyebabkan gerakan kepakan sayap.

Mereka juga membuat burung unta muda dengan sayap buatan dan menemukan bahwa berlari memang menyebabkan sayap mengepak, dengan sayap yang lebih panjang dan lebih besar memberikan gaya angkat yang lebih besar.

Zhao mengatakan bahwa langkah selanjutnya untuk penelitian ini adalah menganalisis daya angkat dan dorong sayap berbulu Caudipteryx selama proses mengepak pasif.

Halaman:

Editor: Ricky Jenihansen

Sumber: PLoS One


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x