Network
Indonesains - Temuan dari dunia binatang purba mengungkapkan bahwa Neaderthal telah berburu singa gua 48.000 tahun yang lalu. Ahli paleoantropologi menyajikan bukti lesi perburuan pada kerangka singa gua yang ditemukan di Siegsdorf, Jerman.
Para peneliti juga menyajikan penemuan falang (jari) singa yang berusia setidaknya 190.000 tahun dari Einhornhöhle, Jerman. Itu merupakan contoh paling awal penggunaan kulit singa gua oleh Neanderthal di Eropa Tengah.
Di antara semua predator besar yang kita temui selama perjalanan evolusi, singa bisa dibilang salah satu yang paling karismatik. Hingga hari ini, ia terus menjadi ikon budaya populer dunia binatang di banyak tradisi di seluruh dunia.
Kisah penyebaran singa memiliki kesamaan dengan cerita kita. Silsilah singa berasal dari Afrika bagian timur, dengan fosil paling awal Panthera mirip singa berumur antara 3,8 dan 3,6 juta tahun di Laeotoli, Tanzania.
Penyebaran yang sangat cepat terjadi pada masa Pleistosen Tengah, sebagaimana dibuktikan dengan keberadaan sisa-sisa singa (Panthera fosilis) di Eropa Barat.
Pada Pleistosen Akhir, singa gua Eurasia (Panthera spelaea) menduduki peran ekologis utama sebagai predator puncak dunia binatang purba. Itu setidaknya hingga punah pada akhir Pleistosen, dengan fosil termuda berumur 12.500 tahun di Eropa Tengah.
Primata manusia purba telah berinteraksi dengan singa sejak kedatangan mereka di Eropa, dan mungkin bahkan lebih awal.
Kucing besar memiliki arti penting bagi kelompok Homo sapiens Paleolitik Muda di Eropa. Hal ini diilustrasikan dengan baik oleh penggambaran singa gua di gua-gua di tenggara Prancis.
Patung gading termasuk Löwenmensch (Manusia Singa) yang terkenal dan patung-patung dari simpanan Jura Swabia, serta gigi taring singa gua berlubang yang dikenakan sebagai hiasan pribadi.
