Kecil-Kecil Kok Kriminal. Ngapain Aja Orang Tuanya?

20 Juni 2023, 20:13 WIB
Kecil bisa memiliki benih kriminal /Pixabay

INDONESAINS- Anak-anak adalah aset berharga kelangsungan masa depan suatu peradaban masyarakat. Bagaimana suatu bangsa maju atau terpuruk di waktu yang akan datang bisa di ramalkan melalui profil anak-anak di masa sekarang. 20-30 tahun yang akan datang mereka adalah pemegang nasib bangsa ini. Pendidikan terbaik untuk anak dimulai dari keluarga dan paling banyak dilakukan orang tua, terutama oleh sang ibunya. 

Anak dianggap makhluk yang lemah, penurut dan lucu. Itu yang membuat mereka banyak menjadi objek kekerasan dan kriminalitas. Di lain sisi, anak adalah peniru ulung. Dia bisa jadi pribadi yang mengerikan, penjahat muda yang menjadi momok bagi masyarakat, khususnya anak-anak lainnya. Tergantung seberapa benar pendidikan memberi mereka jalan. 

Masa muda masa yang tidak labil Helena lopes
Selama peridode 5 tahun dari 2016-2020, ada 655 anak Indonesia yang harus berhadapan dengan hukum karena menjadi pelaku kekerasan (data KPAI). 506 kekerasan fisik, sisa nya 149 kekerasan psikis. Angka ini cukup konsisten kejadian 100 kasus rata-rata per tahun. Angka yang memprihatinkan.Jika begini kondisinya, lembaga pendidikan harus campur tangan menilai sisi kejiwaan siswa-siswi nya, karena untuk kasus tersebut orang tua tidak sepenuhnya bisa disalahkan. 

Kenakalan remaja. Anak dan remaja adalah pribadi yang labil. Mereka dalam kondisi dan situasi mencari jati diri, di saat menginjak puber mereka akan menganggap suatu hal itu baik dan buruk tergantung pendidikan dan informasi yang mereka peroleh. Pendidikan yang baik tentu berdampak membentuk karakter baik pula, celakanya kalau informasi yang jahat dan menyesatkan bisa juga membentuk mereka menjadi kriminal. 

Kenakalan remaja di masa sekarang sudah cukup memprihatinkan, bullying, kekerasan, tawuran, free sex, penyalahgunaan narkoba, dan pencurian adalah PR besar buat dunia pendidikan dan orang tua, beban besar untuk mencegahnya supaya tidak muncul di kemudian hari. 

Kemarahan anak bisa berujung kriminal mohamed abdelghaffar
Ketika menginjak usia puber, remaja mengalami banyak perubahan fisik dan psikologis. Itu membuat mereka resisten, cenderung melawan aturan yang mengekang kebebasannya. Akhirnya mereka banyak melakukan hal-hal yang melawan norma dan aturan. Dilansir dari ditjenpas.go.id, sebetulnya normal buat mereka untuk nakal asalkan tidak melanggar norma dan hukum yang berlaku. Nakal dalam artian yang masih bisa ditolerir dan dimaafkan. 

Sebab kenakalan remaja

  • Perubahan psikologis saat dirinya puber, cenderung membuat remaja tidak mau dikekang
  • Krisis identitas akibat perubahan biologis dan sosiologis, membuatnya nyaman konsisten di satu titik dan gagal menjalani transisi identitas 
  • Kontrol diri remaja yang lemah, tidak bisa membedakan mana perilaku yang bisa diterima atau tidak. Akibatnya mereka menelan mentah-mentah informasi sesat yang dia yakini benar. 
  • Orang tua terlalu keras mengekang anak tanpa memberikan hak-haknya 
  • Adanya konflik internal keluarga, anak menjadi saksi atas kekerasan di dalam rumah tangga, menyaksikan KDRT di dalam rumah
  • Kurang nya pengawasan, orang tua cuek, akibat perceraian, adanya penolakan eksistensi anak 
  • Pengaruh lingkungan yang buruk, remaja yang terpapar pergaulan jelek, seperti perkelahian dan tawuran pasti berbeda dengan mereka yang terpengaruh lingkungan baik seperti remaja masjid.

Contoh kriminal anak dan remaja

  1. Membully dan memukul temannya
  2. Perkelahian dan tawuran
  3. Pencurian dan pembegalan
  4. Pelecehan anak, seks bebas
  5. Balapan liar
  6. Memakai dan mengedarkan narkoba
  7. Minum minuman keras

Dan masih banyak kenakalan dan tindakan kriminal lainnya.

Parenting yang baik mencegah bibit kriminal anak Pixabay
Bagaimana mencegah anak berperilaku kriminal? 

  • Komunikasi interpersonal orang tua ke anak, saat anak melakukan kesalahan orang tua tidak boleh menghakimi. Tanya kenapa, dan arahkan jika itu salah dan jangan diulangi. Dengarlah keluh kesah remaja
  • Temukan cara meredakan emosi remaja, karena mereka labil dan mudah meluapkan amarahnya. Beri hobi yang bermanfaat seperti bermain musik, membaca, menulis atau mengikuti beladiri. 
  • Berkoordinasi dengan pihak sekolah atau guru untuk mengawasi perilaku anak di luar rumah khususnya di sekolah, apakah ada sisi kejiwaan nya yang perlu mendapatkan perhatian
  • Bentengi hati dan jiwa nya secara spiritual dengan pendidikan agama yang kuat, aktifitas beribadah rutin seperti solat lima waktu, mengaji / baca Al-Qur'an (bagi muslim), dan mengajak ke forum-forum keagamaan yang memberikan siraman rohani 

Kesimpulan. Anak dan remaja punya bakat untuk jadi orang baik atau untuk jadi kriminal. Tergantung apa yang dia tiru dan yakini benar. Sebagai orang tua dan pendidik nasib mereka ada di tangan kita. Jangan sampai mereka menjadi momok masyarakat karena kesalahan kita mengasuhnya. ***

Editor: Setyo Ari Cahyono

Sumber: BPHN ditjenpas.go.id HaiBunda.com

Tags

Terkini

Terpopuler