Kekerasan di Sekolah: Salah Murid atau Guru?

- 19 Juli 2023, 22:22 WIB
Ilustrasi guru vs murid
Ilustrasi guru vs murid /Noviant Dick

INDONESAINS- Sekolah dan kampus adalah institusi tempat menimba ilmu, untuk menempa pengetahuan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari bodoh menjadi pintar. Namun diluar kegiatan belajar mengajar yang semestinya dilakukan persuasif dan edukatif, ada kekerasan yang terjadi. 

Kita harus prihatin ketika pendidikan dinodai oleh munculnya tindakan ini. Kekerasan ini muncul karena berbagai sebab, bisa dilakukan oleh (oknum) pendidik ke muridnya, antara murid ke murid yang lainnya, bahkan ada murid yang melakukan kekerasan pada gurunya.

Kekerasan bisa bermacam bentuknya, mulai yang verbal, fisik bahkan seksual. Bullying (perundungan) dan cyber-bullying termasuk disini juga. Perkelahian antar geng siswa (tawuran) serta penggunaan senjata (tajam) menjadi sampul media sehari-hari, membuat dunia pendidikan semakin muram. 

Kekerasan di sekolah jangan dibiarkan
Kekerasan di sekolah jangan dibiarkan pedrofigueras
Data-data tentang kekerasan yang melibatkan pendidik dan murid: 

  • Sebanyak 188 desa di seluruh Indonesia menjadi lokasi tawuran pelajar/ siswa, terbanyak di wilayah Jawa Barat, sebanyak 37 desa (data BPS)
  • Sebanyak 1083 anak harus dihukum, 670 orang mendekam di LPKA (LP khusus anak), sisanya di LP umum. (data BPS)
  • 2023 terjadi 15 kasus kekerasan seksual baik di pesantren maupun sekolah umum, dengan jumlah korban 124 anak, baik laki-laki maupun perempuan (data FSGI)
  • Di Lampung, kekerasan seksual berbasis daring ada 36 kasus, 22 diantaranya dilakukan teman satu sekolah (data FSGI)
  • Selama 2022 terdapat 185 kekerasan di sekolah, 117 dilakukan (oknum) guru, sisanya dilakukan teman sekolahnya (data JPPI, Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia)

Ilustrasi guru kesal ke murid
Ilustrasi guru kesal ke murid cordens
Kasus penganiyaan guru kepada murid

  • Okt 2022, seorang guru di SMA Poso, Sulteng, memukul dua orang murid karena terlambat, diselingi kata-kata kasar lalu melempar tas serta ponsel siswa. (sumber: editornews@prmn)
  • Agustus 2022, inisial HT guru SMK Boedoet, Sawah Besar (Jakpus) menendang muka murid R karena tuduhan memalak yunior (data: pemalang@prmn)
  • Mei 2023, Sularno guru di Musi Rawas, Sumsel menendang pinggang murid KV karena tidak memperhatikan pelajaran (bercanda). Guru ybs terancam 1 tahun di bui dan denda Rp 60 juta (sumber: lubuklinggau@prmn)
  • Feb 2022, guru SMP di Surabaya inisial J, membenturkan kepala murid R ke papan tulis karena tidak bisa menjawab pertanyaan (sumber zonasurabaya@prmn)
  • Nov 2021, seorang murid SMP Padang Panjang, Alor Timur NTT, MM (13 th) dianiaya gurunya karena tidak bisa berbahasa Inggris. Penganiyaan ini berbuntut MM kritis dan tewas. (sumber: priangantimurnews@prmn)

Guru sepatutnya dihormati, jangan berani melawan meskipun ada embel-embel "killer". Pendidik memiliki metode berbeda-beda untuk menyampaikan ilmunya, ada yang keras dan ada yang lunak. 

Ilustrasi kekerasan
Ilustrasi kekerasan PublicDomainPictures
Namun dengan berjalannya waktu, terjadi pergeseran nilai, ada beberapa kasus yang mana murid menganiaya guru

  • Sep 2022, seorang guru sosiologi (TAD) di SMA Kupang, dianiaya muridnya RJD karena marah ditegur saat tidak memperhatikan pelajaran
  • Feb 2022, di Sungai Kunjang, Samarinda dua siswa AB (15) dan HR (15) menganiaya guru agamanya (THP) hingga tewas karena sakit hati ponselnya disita saat pelajaran.
  • 2018, seorang guru di SMP Pontianak Timur dilempar ponsel dan dipukul dengan kursi oleh siswa karena diingatkan untuk tidak main ponsel saat pelajaran 
  • 2018, seorang guru kesenian SMP Torjun, Sampang (Madura) dianiaya muridnya MH, karena murid tak terima ditegur bercanda saat pelajaran kesenian (melukis). Gurunya meregang nyawa setelah kritis di RS. 
  • 2017, siswa SMA Kubu Raya, Kaltim, EY memukul gurunya (PR) dengan kursi karena tidak naik kelas

Apapun alasannya tidak dibenarkan adanya kekerasan di sekolah, oleh dan terhadap siapapun. 

Kita harus sadar, berkaca kejadian ini menjadi alarm untuk kita sebagai orang tua untuk mengingat: apakah di rumah kita sudah benar mendidik, membimbing, dan menanamkan nilai luhur kepada sang anak?

Tugas menciptakan generasi unggul, bukan hanya di pundak guru, tapi juga orang tua di rumah. Orang tua bahkan memainkan peran yang paling penting untuk membentuk karakter anak. Perilaku anak merupakan cerminan dari didikan kita selama ini.

Halaman:

Editor: Setyo Ari Cahyono

Sumber: CDC.gov schoolmedia.id new-indonesia.org


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x