- Fundamentalis, pemahaman yang kaku terhadap suatu ideologi politik dan agama hanya secara tekstual
- Ekstrim, memposisikan bertentangan dengan kondisi umum yang mainstream, terutama pemerintah.
- Merasa ekslusif, tidak menghargai perbedaan. Mengganggap paham/ ideologi yang mereka anut paling benar. Orang diluar kelompoknya adalah salah dan akan menjadi musuh
- Bersifat korektif berlebihan, suka mengoreksi, menolak atau melawan suatu hal yang tidak sama dengan yang mereka yakini
- Membenarkan kekerasan, untuk memaksakan ideologi/ pahamnya ke orang lain.
- Solidaritas berlebihan, jika ada segolongan nya di belahan dunia lain ditindas atau disakiti, dia akan bertindak menuntut balas.
Faktor pemicu munculnya radikalisme
Sudah menjadi sifat alamiah manusia cenderung melakukan kerusakan (dekstruktif), itu menjadi akar semua tindak kejahatan selama ini. Oleh karenanya pencegahan dilakukan dengan cara tidak memberi ruang manusia melegalkan kekerasan
- Politik -Sosial, berhubungan dengan sisi historis politik dan sosial kemasyarakatan. Mereka membenturkan dirinya secara politik ke kelompok lain untuk memicu konflik.
- Sentimen keagamaan, yang memicu solidaritas berlebihan jika ada kelompoknya di sakiti
- Kultural, jika suatu negara menerapkan budaya sekularisme, dan Budaya Barat, itu beresiko memicu radikalisme
- Ideologi anti Westernisasi. Arus budaya Barat yang masuk ke suatu bangsa tidak sepenuhnya bisa diterima, termasuk dalam kacamata agama. Namun itu bisa berkembang lebih radikal, dengan kekerasan.
- Kebijakan pemerintah. Ada kalanya suatu negara tidak sanggup merespon dominasi ideologi, ekonomi dan militer negara yang lebih besar, sehingga membuat kelompok tertentu dalam negara itu marah dan frustasi
Menerapkan pendidikan anti radikalisme
Mengatasi terorisme dengan sweeping, penangkapan, perburuan kelompok dengan paham-paham radikal adalah kegiatan jangka pendek.
Paham radikal adalah cikal bakal terorisme di masa depan. Jika anak-anak, remaja serta mahasiswa tidak mendapat pengetahuan cukup akan mudah terpengaruh masuk ke dalam kelompok itu. Apalagi dengan iming-iming sejumlah uang. Pendidikan yang berkualitas adalah benteng paling depan mencegah radikalisme tumbuh subur dalam jangka panjang.
- Menerapkan pendidikan yang kritis, dengan cara mengajarkan anak penyelesaian masalah dari berbagai sudut pandang. Terutama masalah yang berkaitan identitas, perbedaan dan ideologi yang kelak dianut.
- Mengajarkan untuk menghormati perbedaan, menyelesaikan masalah dengan musyawarah dan menghindari kekerasan
- Mengenalkan literasi media, untuk mencegah dan menyaring informasi yang merusak tatanan moral dan merongrong persatuan
- Mengajarkan anak untuk memverifikasi sumber informasi yang jelas dan dapat dipercaya. Sehingga anak tidak mudah terhasut informasi yang menyesatkan.
- Memberi pengetahuan tentang upaya-upaya radikalisme ber-propaganda di medsos untuk menjebak remaja, dan bagaimana menghadapinya
- Membangun ruang yang aman untuk anak berdiskusi dan berpendapat, seperti mengajak mereka membicarakan hal yang dianggap tabu terkait identitas, agama dan tradisinya.
Pendidikan ideologi Pancasila juga bisa diajarkan di pesantren, atau sekolah agama yang lain. Karena membela negara adalah salah satu bentuk amal baik/ ibadah. Paham-paham radikal memang sejak dini harus dijauhkan dari anak-anak dan pemuda. Mereka harus diberi pemahaman bahwa berbeda itu tidak masalah, asalkan menghormati satu sama lain. Jangan perbedaan itu memicu permusuhan. Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu : Indonesia. ***