Network
INDONESAINS- Masa pandemi COVID-19 di Indonesia telah lewat, dengan gegap gempitanya pemberitaan di media, virus yang mendunia itu tidak hanya menjadi masalah kesehatan global, juga masalah ekonomi terutama bagi kebanyakan negara-negara berkembang di dunia ketiga. Membuatnya menutupi masalah virus klasik lain yang sampai sekarang belum ada solusi preventif nya.
Menurut data WHO selama kurun waktu 2020-2021 sebanyak 14,9 juta kasus kematian akibat COVID-19. Itu jauh dibanding kematian karena HIV-AIDS, yaitu 40,1 juta jiwa.
Sekilas HIV-AIDS
HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, adalah jenis retrovirus yang melemahkan kekebalan tubuh manusia. Menular melalui perpindahan cairan dari orang yang terjangkit ke tubuh orang yang sehat. Orang bisa memiliki HIV di dalam tubuhnya dalam jangka waktu bertahun-tahun tanpa menunjukkan gejala. Manifestasi klinisnya disebut sebagai AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yaitu sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV.
Yang membuat HIV jadi masalah utama adalah
- belum bisa dicegah dengan vaksinasi
- Infeksi terjadi seumur hidup (karena kekebalan tubuh diserang, rentan penyakit lain : infeksi)
Saat HIV membunuh banyak sel CD4+, sistem kekebalan orang tersebut tidak mampu melawan infeksi (umum) yang biasanya dapat dikendalikan. Saat jumlah sel CD4+ turun drastis, HIV telah berubah menjadi AIDS.
HIV tertular melalui hubungan seks (LGBT salah satu kelompok yang beresiko), pemakaian jarum /suntik yang tidak steril (narkoba, tato, dll), tranfusi darah yang terkontaminasi HIV, ibu hamil ke janin nya, nakes yang tertular jarum suntik pasien HIV atau melalui kontak cairan lain.
Penderita AIDS rentan terkena infeksi, padahal pada orang normal itu relatif ringan, seperti pneumonia (infeksi paru), tuberkulosis (TBC), dan herpes zooster, atau kanker tertentu.
