Wanita Hamil Yang Bekerja Malam Berisiko Tinggi Keguguran

- 29 September 2023, 10:05 WIB
Ilustrasi ibu hamil.
Ilustrasi ibu hamil. /Freepik

Indonesains - Sebuah penelitian di Denmark menemukan bahwa wanita wanita yang bekerja di waktu malam berisiko tinggi mengalami keguguran. Wanita yang bekerja dua shift malam atau lebih dalam satu minggu bahkan memiliki risiko lebih besar pada minggu berikutnya.

Untuk diketahui, pada penelitian sebelumnya telah diketahui, bahwa wanita hamil menghadapi risiko keguguran yang lebih besar jika mereka bekerja shift malam, tetapi itu didasarkan pada kerja shift yang dilaporkan sendiri dan belum mengukur tingkat peningkatan risiko atau jumlah kerja shift.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan data penggajian 22.744 wanita hamil yang bekerja di layanan publik, terutama rumah sakit, di Denmark, dan mengaitkannya dengan data dari register nasional Denmark tentang kelahiran dan laporan keguguran di rumah sakit untuk menentukan bagaimana risiko keguguran antara minggu ke 4 -22 kehamilan dipengaruhi oleh kerja malam.

Secara keseluruhan 377.896 minggu kehamilan dicatat atau rata-rata 19,7 minggu per wanita. Setelah minggu ke delapan kehamilan, wanita yang telah bekerja dua shift malam atau lebih pada minggu sebelumnya memiliki risiko keguguran 32% lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja shift malam pada minggu itu.

Dan risiko keguguran meningkat dengan jumlah shift malam bekerja per minggu dan juga dengan jumlah shift malam berturut-turut. Hubungan antara kerja malam hari dan risiko keguguran lebih kuat setelah kehamilan minggu ke-8.

"Ini mungkin dijelaskan oleh penurunan proporsi janin yang abnormal secara kromosom dengan usia kehamilan, yang membuat hubungan dengan paparan lingkungan lebih mudah terdeteksi di antara keguguran yang terjadi kemudian, "kata peneliti seperti dikutip dalam laporan penelitianyang dipublikasikan secara daring.

Meski demikian, kata peneliti, penelitian ini adalah penelitian observasional, dan karena itu, tidak dapat menentukan penyebabnya, dan penulis menunjukkan bahwa data tentang keguguran, khususnya keguguran awal, tidak lengkap.

Tetapi, karena sekitar 14% wanita di Eropa melaporkan bekerja pada malam hari setidaknya sebulan sekali, temuan ini memiliki relevansi untuk wanita hamil yang bekerja termasuk atasan, dokter, dan bidan mereka yang mungkin dapat berdampak pada peraturan kesehatan kerja nasional."

Menurut hipotesis peneliti, hal yang mungkin terjadi adalah wanita yang bekerja shift malam terpapar cahaya pada malam hari yang mengganggu ritme sirkadian mereka dan mengurangi pelepasan melatonin yang terbukti penting dalam mempertahankan kesehatan kehamilan dengan mempertahankan fungsi plasenta.***

Editor: Ricky Jenihansen

Sumber: BMJ


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah