Menurut Sains, Mengapa Beberapa Orang Bisa Makan Lebih Banyak Garam?

- 30 September 2023, 11:55 WIB
Beberapa orang lebih banyak makan garam.
Beberapa orang lebih banyak makan garam. /Pixabay

Indonesains - Ketika ada sebagian orang menganggap sebuah makanan rasanya terlalu asin, ternyata ada juga orang lainnya yang menganggapnya tidak asin dan menurutnya rasanya pas. Bagaimana penjelasannya menurut sains?

Menurut sains, itu artinya, persepsi rasa setiap orang tidak selalu sama, beberapa orang ternyata makan garam lebih banyak dari orang lainnya. Mengapa ya?

Sebuah penelitian pendahuluan yang di pernah dipresentasikan di sesi American Heart Association's Scientific mengungkapkannya, bahwa faktor genetik diketahui mempengaruhi persepsi rasa seseorang dan makanan yang mereka pilih, seperti dilansir dari laman Science Daily.

Orang dengan persepsi rasa pahit yang lebih tinggi hampir dua kali lebih mungkin untuk mengonsumsi terlalu banyak natrium atau garam dibandingkan orang dengan kemampuan mencicipi yang kurang kuat.

Mereka yang memiliki variasi gen yang memungkinkan mereka untuk merasakan pahit lebih intens mungkin juga merasakan garam lebih intens dan menikmatinya lebih banyak, yang mengarah pada peningkatan asupan natrium, menurut penelitian tersebut.

Menurut penulis, menunjukkan bahwa orang yang memiliki satu dari dua varian gen yang paling umum (TAS2R38) yang meningkatkan persepsi rasa pahit cenderung menghindari makanan yang menyehatkan jantung dengan sifat pahit, seperti brokoli dan sayuran berdaun gelap.

Ilustrasi penyakit jantung.
Ilustrasi penyakit jantung. Pexels

Para peneliti menganalisis kebiasaan diet 407 orang (usia rata-rata 51, 73 persen perempuan) yang memiliki dua atau lebih faktor risiko penyakit jantung dan berpartisipasi dalam studi pengurangan risiko kardiovaskular di pedesaan Kentucky.

Penyakit kardiovaskular (CVD) adalah penyebab utama kematian secara global, merenggut sekitar 17,9 juta nyawa setiap tahunnya. CVD adalah sekelompok kelainan jantung dan pembuluh darah yang mencakup penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskular, penyakit jantung rematik, dan kondisi lainnya.

Halaman:

Editor: Ricky Jenihansen

Sumber: American Heart Association


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah