Hasil Penelitian: Pria yang Terlambat Menikah Memicu Komplikasi Kehamilan

- 2 Oktober 2023, 13:00 WIB
Menunda kehamilan dan pria yang terlambat menikah memicu risiko kesehatan pada pasangannya.
Menunda kehamilan dan pria yang terlambat menikah memicu risiko kesehatan pada pasangannya. /Pixabay

Indonesains - Hasil penelitian dari the Women's Health Institute at Rutgers Robert Wood Johnson Medical School menunjukkan bahwa pria yang terlambat menikah atau menunda memiliki anak akan memiliki anak dengan risiko kesehatan dan komplikasi kehamilan pada pasangannya.

Penelitian itu menemukan bahwa pria berusia 45 tahun ke atas dapat mengalami penurunan kesuburan dan menempatkan pasangannya pada risiko komplikasi kehamilan yang meningkat seperti diabetes gestasional, preeklampsia, dan kelahiran prematur.

Kemudian, bayi yang lahir dari ayah yang lebih tua ditemukan berisiko lebih tinggi mengalami kelahiran prematur, kelahiran terlambat, kesehatan rendah, berat lahir rendah, insiden kejang baru lahir yang lebih tinggi dan cacat lahir seperti penyakit jantung bawaan dan langit-langit mulut sumbing. Ketika mereka dewasa, anak-anak ini ditemukan memiliki kemungkinan peningkatan kanker anak, gangguan kejiwaan dan kognitif hingga autisme.

Penelitian tersebut mengkaji 40 tahun penelitian tentang pengaruh usia orang tua terhadap kesuburan, kehamilan, dan kesehatan anak-anak. Para peneliti menemukan kemungkinan risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan.

Gloria Bachmann, direktur penelitian mengatakan meskipun secara luas diterima bahwa perubahan fisiologis yang terjadi pada wanita setelah 35 dapat mempengaruhi konsepsi, kehamilan dan kesehatan anak, kebanyakan pria tidak menyadari usia lanjut mereka dapat memiliki dampak yang sama.

Dalam dunia medis saat ini, tidak ada definisi yang jelas tentang kapan usia ayah yang rentan dimulai, jika selama ini perempuan diperingatkan bahwa usia 35 tahun ke atas adalah usia yang berisiko untuk baru mulai menikah dan memiliki anak atau menunda memiliki anak, hal yang sama juga direkomendasikan untuk pria.

Bachmann menghubungkan temuan tersebut dengan penurunan alami testosteron yang terjadi seiring dengan penuaan, serta degradasi sperma dan kualitas semen yang lebih buruk, tetapi dia mengatakan bahwa beberapa korelasi memerlukan penelitian lebih lanjut.

Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Maturitas dengan judul "Maternal, infant and childhood risks associated with advanced paternal age: The need for comprehensive counseling for men" dan dapat diakses secara daring.***

Editor: Ricky Jenihansen

Sumber: Maturitas Journal


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah