Vape Picu Penyakit Paru-Paru dan Respon Imunitas Secara Unik

- 28 Oktober 2023, 14:25 WIB
Ilustrasi perokok vape.
Ilustrasi perokok vape. /Vape HK

Indonesains - Ilmuwan mengungkapkan fakta terkait vape atau rokok elektronik, menurut hasil penelitian yang dipublikasikan secara online di Journal of Respiratory and Critical Care Medicine American Thoracic Society, vape dapat memicu respon kekebalan yang unik dan menyebabkan penyakit paru-paru.

Vape menyebabkan respon kekebalan tubuh yang unik di paru-paru, yakni meningkatkan aktivasi neutrofil dan sekresi mucin -protein kekebalan tubuh- yang berubah. Mehmet Kesimer, PhD, penulis penelitian senior dan profesor patologi di University of North Caroline Chapel Hill dan rekan penulis laporan menebut temuan tersebut sebagai penelitian pertama yang menggunakan sampel jalan nafas manusia untuk mengeksplorasi efek bahaya vape.

"Ada kebingungan tentang apakah vape lebih aman daripada rokok konvensional, karena efek samping vape yang potensial baru mulai dipelajari," kata Dr. Kesimer. Hasilnya, vape bisa sama buruknya dengan rokok biasa.

Penelitian tersebut membandingkan 3 sampel dahal dari 15 pengguna vape, 14 perokok konvensional dan 15 non perokok. Peneliti menemukan secara unik, pengguna vape menunjukan peningkatan yang signifikan pada:

1. Neutrophil granulocyte dan nutrophil-ectracelullar-trap (NET) terkait protein di saluran pernapasan. Meskipun neutropil penting sebagai bagian kekebalan tubuh, membiarkannya tumbuh tak terkendali dapat menyebabkan penyakit paru-pari inflamasi. seperti COPD dan cystic fibrosis.

Sementara untuk NET, dikaitkan dengan kematian sel di epitel dan endotelium, jaringan yang melapisi pembuluh darah dan organ. Penulis menulis bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah peningkatan ini terkait dengan penyakit inflamasi sistemik, seperti lupus, vaskulitis, dan psoriasis.

2. Petunjuk lainnnya, terkait dengan pengaruhnya terhadap mekanisme pertahanan tubuh yang berhubungan dengan penyakit paru-paru, yakni sekresi lendir protein, yakni mucin 5AC, yang produksinya berlebihan, dikaitkan dengan diagnosa penyakit seperti bronkitis kronis, bronkiektasis, asma dan wheze.

Keterbatasan studi meliputi fakta bahwa dari 15 pengguna vape, 5 mengatakan bahwa mereka sesekali mengisap rokok dan 12 orang mengidentifikasikan diri mereka telah merokok sejak dulu.

"Membandingkan kerugian rokok elektronik dengan rokok konvesional sama saja dengan membandingkan apel dengan jeruk," kata Dr. Kesimer. "Data kami menunjukkan bahwa vape memiliki sinyal bahaya di paru-paru yang sama dan unik, yang menantang konsep bahwa beralih dari rokok ke rokok elektronik adalah alternatif yang lebih sehat."***

Editor: Ricky Jenihansen


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x