Kenali Cirinya, Jangan Mengaku Orang Baik Kalau Kamu Pribadi Yang Toxic

- 8 Juni 2023, 19:34 WIB
Seberapa toksik kita?
Seberapa toksik kita? /NOName_ 13/Noname_ 13

INDONESAINS- Manusia sebagai makhluk sosial ditakdirkan untuk hidup berdampingan dengan orang lain, baik di lingkungan kerja, rumah tangga, RT, RW bahkan lingkungan yang lebih besar lagi. Sudah sifat kita untuk saling bantu- membantu, baik dalam kondsi senang bahkan saat seseorang tertimpa kesusahan. 

Namun, seperti dua sisi mata uang. Ada orang baik dan jahat, ada orang yang menyenangkan adapula yang menyebalkan juga menyakitkan. Mereka memang ditakdirkan berada dalam sistem sosial masyarakat. Untuk menyeimbangkan suatu sistem, perusak dan pembangkang mungkin berperanan sebagai koreksi sosial terhadap kondisi masyarakat yang biasa saja alias monoton. Seperti Undang-undang Hukum buatan manusia diciptakan karena kejahatan terlebih dulu ada.

 Arti toxic. Akhir-akhir ini kita banyak mendengar tentang lingkungan toxic, orang-orang yang toxic, atau hubungan yang toxic. Kata ini cukup viral di media sosial dan berita. Padahal kata itu lebih berkaitan dengan dunia kesehatan dan kriminal yang berarti "racun". Sebenarnya apa maksud toxic di sini? Banyak versi, namun intinya sama: TOXIC adalah sifat buruk seseorang yang memberi dampak negatif (merugikan) orang lain, terutama secara psikis. "Racun" ini secara terus-menerus bisa menggerogoti kestabilan dalam hubungan sosial. Sifat buruk ini bisa diekspresikan secara individual atau kelompok. Dalam beberapa kasus seseorang bahkan tidak menyadari bahwa dirinya adalah orang yang toxic.

Bagaimana mengenali ciri-ciri kepribadian toxic? inilah tanda-tandanya

ilustrasi lingkungan toxic
ilustrasi lingkungan toxic Alexas _photos
Berperilaku sarkastik. Mereka menganggap sindiran adalah hal sangat biasa, menanggapi perilaku orang lain dengan tawa dan ejekan.Tanpa disadari, ucapannya menyakitkan. Ketika seseorang membuat kesalahan, bukan kritik yang membangun justru dia membuatnya sebagai bahan lelucon. Dia terlalu menguras energinya untuk mencari sisi negatif orang lain. Orang ini cenderung merasa pintar, padahal dia adalah pembicara yang payah dan membosankan. Jargon mereka adalah kata-kata " kan sudah kubilang.."

Tidak menghadapi konflik secara langsung. Perbedaan pendapat adalah hal biasa, itu bagus untuk demokrasi. Tidak semua orang mampu menyelesaikan konflik dalam hubungan secara langsung. Mereka memilih berbelit-belit, memasang muka cemberut dan menampakkan permusuhan di raut wajahnya. Aktif nyinyir di belakang punggung kita, tapi tidak mampu mengkritik kita secara langsung. Hal ini dikenal sebagai agresifitas pasif, yang menjadi "kanker" dalam suatu hubungan.

Segala sesuatu dianggap persaingan. Ketika si B menghadapi permasalahan sulit, si A berucap: "Saya pernah menghadapi hal lebih sulit dari kamu". Ini adalah wujud empati palsu, yang bertujuan untuk mengekspos kekuatannya sendiri dan melemahkan psikis orang lain. Tampaknya kekuatannya didapat dengan cara terus-menerus menganggap lemah orang lain. Semua orang punya kesedihan dan rasa sakit, tapi tidak elok menjadikannya sebagai kompetisi.

Hidup bersama
Hidup bersama Publicdomainpictures
Menganggap semua adalah lelucon. Ciri ini gampang dikenali jika seseorang selalu menambahkan kata "haha" atau emoticon ketawa, setiap membicarakan sesuatu, secara tekstual di personal messages atau medsos. Dia tidak pernah mencoba serius dan menempatkan diri secara benar bahkan dalam kondisi kesedihan orang lain.

Mengkoreksi semua orang dan segalanya. Setiap orang punya masalah hidup sendiri-sendiri. Beberapa dari kira terlahir sebagai problem solver, menyelamatkan seseorang dengan memecahkan masalahnya. Atau memang dilatih untuk itu, contohnya motivator atau manajer. Tapi jika seseorang ujug-ujug ikut campur masalah, mengkoreksi dan memberi solusi tanpa kita minta, ini termasuk perilaku yang toxic. "Penampilanmu kok aneh, kamu harusnya gak pakai baju ini..." dikatakan gadis B ke gadis A. Harusnya bisa dia bilang, " Wow kamu keren, kalau kamu pakai baju model C, pasti lebih keren.!!"

Mencari perhatian, namun mengharapkan bencana. Kata-kata yang tepat untuk orang ini adalah munafik atau muna. Mereka mencari perhatian kepada orang lain, tapi bukan untuk membangun relasi yang baik. Ada dua sisi yang kita bisa diharapkan untuk melakukan perubahan, transformasi yang baik atau malah kemunduran. Bagi sebagian orang mereka merasa puas jika terjadi hal (bencana) buruk itu pada orang lain. Suka jika orang lain susah. Dia suka mendapatkan solusi dari yang lemah hanya untuk menjatuhkannya. Itu akan menjadi bahan ejekan yang memuaskan mereka.

Suka mempermalukan orang. Apakah dengan mengumbar kekurangan seseorang bisa membantunya berubah? Justru hal menyakitkan saat mengumpulkan banyak orang, dan menyatakan bahwa kita lambat berfikir, karena target pekerjaan tidak pernah tercapai. Ini termasuk tindakan perundungan (bullying), yang secara tidak langsung juga dilakukan di grup medsos (WA ,FB, IG..). Ini akan menanamkan benih kebencian pada orang lain. Lebih baik bicara saja empat mata jika ingin mengkritik seseorang, jangan mempermalukanya di khalayak ramai.

Menyalahkan orang lain atas kelalaiannya sendiri. Dua orang teman se kantor, Anne dan Britty mendapat uang insentif yang berbeda, padahal hari kerja dan posisinya selevel. Usut punya usut ternyata Britty sering telat absen dan beberapa kali lupa absen (finger print). Eh dia malah menyalahkan, si Anne, Camelia, Danna, sampai Zubaida dan personalia karena menganggap orang lain tidak mau mengingatkan nya. Dia tidak mawas diri, atas kerugian yang dia buat. Ini jelas manusia toxic.

Emosi
Emosi Geralt
Memberi tahu orang untuk mengubah pola pikir. Dua orang teman sekelas SMU si Cintya dan Diana. Menjelang kelulusan mereka hendak mendaftar ke dua kampus yang berbeda. Mereka berdua harus mendapat surat rekomendasi dari SMU nya. Cintya mendapatkannya, sedangkan TU sekolah lupa buatin si Diana meskipun jauh hari sudah mengingatkan. Diana gagal mendaftar karena sudah telat. Cintanya berkata, "Harus nya kamu lebih aktif.." Ucapannya ini tentu menyakitkan Diana. Cintya termasuk orang yang toxic.

Memaksakan kebenaran versinya ke orang lain. Ketika seseorang menemukan solusi masalah yang besar, sangat ingin dia untuk menggaungkan nya. Terutama jika dia melihat orang lain hidup berada di jalan yang salah. Ardy melewati krisis keuangan dengan cara berdagang, sedangkan Ervan dengan cara menulis dan membuat buku. Ardy sukses dengan dagangnya dan melihat kehidupan Ervan gitu-gitu saja. Ardy memaksa Ervan untuk mengikuti jejak nya dengan berdagang sembari mengejek kalau pekerjaan menulis buku itu mau kaya dari mana. Ucapan itu menyakitkan. Ardy termasuk golongan orang toxic.

Toxic bukanlah kepribadian alami, ia bisa didapat dari pergaulan yang salah, atau bisa jadi didikan semasa anak-anak yang salah. Orang toxic kurang memiliki kepekaan batin atau simpati. Tutur kata mudah menyakiti orang lain, padahal jika dia mau sedikit introspeksi saja, dan membalikkan keadaan jika dia terkondisi sebagai korban pasti dia akan berubah. So jangan jadi pribadi yang toxic ya. ***

 

Editor: Setyo Ari Cahyono

Sumber: Mind Body Green webMD


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x