Network
Indonesains - Pada tahun 2018, sejumlah besar remaja di Amerika dilaporkan mencoba melakukan bunuh diri dan harus mendapatkan perawatan di departemen gawat darurat psikiatri. Mereka yang mencoba bunuh diri mengaku bahwa film serial Netflix "13 Reasons Why memicu mereka untuk melakukan bunuh diri.
Pengakuan tersebut jelas membingungkan dan menimbulkan banyak pertanyaan. Kasus itu kemudian menarik perhatian para ilmuwan Michigan University.
Film seri tersebut pada tahun 2018 menjadi populer di kalangan remaja di Amerika, namun film tersebut menimbulkan kontroversi karena penggambaran bunuh diri remaja.
Ceritanya berpusat di sekitar seorang siswa berusia 17 tahun, yang sebelum kematiannya merekam dirinya merinci 13 alasan mengapa ia mengakhiri hidupnya alias bunuh diri.
Baca Juga: Manfaat Membersihkan Dot Bayi Dengan Cara Menghisap dan Mengulumnya
Menyusul terjadinya peristiwa bunuh diri 2 orang remaja Amerika yang diduga karena terpengaruh film tersebut, penggambaran bunuh diri di film tersebut telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan ahli kesehatan mental.
Itulah mengapa para peneliti Michigan Medicine melakukan penelitian terhadap para remaja yang melakukan percobaan bunuh diri. Mereka mencoba menjawab apakah film tersebut berkontribusi terhadap gejala yang terkait dengan bunuh diri.
Seperti dilansir dari laman eurekalert, temuan tersebut dipublikasikan dalam jurnal Psychiatric Service belum lama ini, menambah literatur tentang bagaimana remaja yang berisiko dapat terpengaruh terhadap tayangan tersebut.
Penulis utama Victor Hong, M.D., direktur medis layanan darurat psikiatri di Michigan Medicine mengatakan tayangan tersebut telah menjadi fenomena nyata, terutama di kalangan remaja. Penggambaran bunuh diri remaja telah menimbulkan keprihatinan besar bagi orang tua.
