Indonesains- Dalam budaya dan kehidupan sosial masyarakat kita, pria memegang peranan penting. Sejak peradaban jaman kuno, pria menjadi penggerak utama suatu bangsa, menjadi raja, tentara, panglima perang, dan pekerja. Bahkan dalam sejarah Islam, hampir semua nabi dan rasul yang menjadi panutan setiap zaman, juga adalah seorang pria. Pria dilahirkan sebagai pribadi yang tegas, berwibawa, pemberani, pekerja keras alias maskulin.
Di semua zaman, para pemimpin (yang kebanyakan pria) memiliki karakter seperti itu. Itu adalah sifat dasar mereka. Meskipun ada beberapa juga wanita seperti Ratu dan Puteri kerajaan berperanan dalam perkembangan suatu negara. Tapi jumlahnya tidaklah banyak.
Maskulinitas merupakan konsep yang terhubung dengan sifat-sifat alamiah pria dan dianggap penting dalam budaya tertentu. Ini berkaitan dengan bagaimana pria seharusnya berperilaku dan mengekspresikan diri dalam masyarakat.
Konsep ini berbeda-beda tergantung pada budaya, masyarakat, dan periode waktu itu. Di berbagai peradaban, ada beberapa pola yang ditemukan dalam konsep maskulinitas yang dihormati dan diharapkan.
Berikut adalah beberapa contoh konsep maskulinitas pada zaman kuno:
1. Kuat secara fisik: Dalam beberapa peradaban kuno, pria yang fisiknya kuat dianggap sebagai pria maskulin alias laki banget. Kemampuan berperang, ketangkasan olahraga, atau melakukan pekerjaan berat yang memerlukan kekuatan, sering dipandang sebagai tanda kejantanan atau maskulinitas.
Di peradaban Romawi bahkan pernah digelar perhelatan gladiator, sebagai simbol olahraga jantan kala itu. Tentara, pejuang dan pekerja adalah pria-pria kuat simbol maskulinitas.
2. Berani dan menjadi pemimpin: Pria sering diharapkan menjadi pemimpin dalam masyarakat kuno bahkan juga sekarang. Kemampuan menghadapi bahaya dengan berani dan memimpin orang lain dianggap sebagai atribut kejantanan yang penting. Pria berani dan mampu mengambil keputusan dianggap lebih maskulin.