Fenomena Flexing: Pura-Pura Kaya atau Pura-Pura Bahagia?

- 14 Juli 2023, 11:17 WIB
Flexing pura-pura kaya?
Flexing pura-pura kaya? /StockSnap

INDONESIANS- Beberapa tahun terakhir ini, bersama trending nya aplikasi "usap jari" semacam Tiktok, Snack Videos, YouTube Short serta Instagram Reels menjadi wadah bagi news, marketing produk, promosi organisasi, unjuk kreativitas bahkan yang sedang viral adalah flexing

Pernah kah kamu bertemu seseorang yang begitu bangga di medsos memamerkan prestasi, harta benda, kekayaan, liburan mewahnya, wajah rupawan dan gaya hidupnya yang berkelas?

Nah kamu sedang bertemu orang yang lagi flexing. Kebanyakan mereka adalah public figure yang mendapat predikat crazy rich, diantaranya berusia relatif sangat muda. 

Berdasar Cambridge Dictionaryflexing berarti usaha untuk menunjukkan sikap sangat bangga atau senang terhadap sesuatu yang dimiliki, meskipun dengan cara yang sedikit ‘mengganggu’ kenyamanan orang lain. Bisa jadi itu termasuk kelainan meskipun kaya, mereka pura-pura bahagia. Dalam hatinya ada kecemasan tersendiri, terkait harta yang dia dapat (mungkin) bukan dari jalan yang benar.

Crazy rich?
Crazy rich? itayverchick
Sinonim flexing adalah Bragging dan Boasting. Budaya ini biasa dilakukan selebritas di medsos untuk "mempromosikan" kehidupan glamornya, lalu diikuti orang lain yang tidak memiliki kemampuan setara. 

Kata flexing juga bisa dipakai untuk menggambarkan seseorang yang ingin memamerkan sesuatu yang dia tidak memilikinya. Ini yang disebut orang pura-pura kaya untuk mendapat perhatian orang lain, dan dia merasa bahagia. Rental mobil sport untuk dipamerin di medsos, sewa apartemen mewah diliput di medsos dan diakui sebagai hartanya. Inilah kehidupan yang semu. Semua itu dilakukan untuk mendapatkan pengakuan. 

Penelitian flexingMenurut Krueger (2022), flexing merupakan tindakan self promoter, bertujuan hanya untuk menyenangkan diri sendiri. Tanpa menawarkan imbalan apapun ke audiens yang memujinya.

Spill garasi nya dong kak
Spill garasi nya dong kak opollophotography
Tiga orang peneliti: George Loewenstein, Joachim Vosgerau, dan Irene Scopelliti (2016) melakukan pengamatan pada perilaku flexing. Mereka menemukan ketidak-sinkron-an anggapan self promoter terhadap audiens nya. Sang pelaku flexing meyakini dia sedang menebar emosi positif, dan hanya 25% audiens-nya merasakan emosi negatif, saat dia show-off atau memamerkan diri. Kenyataan nya lebih dari 75% pemirsa membencinya. 

Alasan flexing. Mengapa seseorang suka pamer di medsos?

  1. Butuh pengakuan, orang butuh diakui kekayaannya, dengan memamerkan harta nya di medsos, begitu juga orang intelektual butuh diakui kepintarannya 
  2. Butuh diterima, ketika kamu masuk suatu kelompok seseorang akan merasa inferior sebagai anak baru dan akan memamerkan sesuatu dengan tujuan supaya diterima dan menjadi superior. Perilaku flexing ini hanya ditunjukkan kelompok tertentu saja, tidak secara umum. 
  3. Merasa insecure, orang ini menunjukkan siapa dirinya untuk menutupi perasaan tidak penting dan tidak diperlukan yang dia rasakan. Jadi dia seolah-olah merasa superior untuk menutupi kekurangannya. 
  4. Sedang ada masalah, bisa jadi orang yang berulangkali melakukan flexing sebenarnya dia sedang ada masalah, bisa jadi masalah keuangan, bisnisnya mau bangkrut, dll. Dia ingin membuktikan pada dunia bahwa dia baik-baik saja. 
  5. Pengalaman masa kecil, jikalau sering pamer di saat usia anak-anak, dia akan tumbuh dewasa bersama flexing, dan itu adalah hal biasa baginya. 
  6. Self Branding. Mempromosikan dirinya sendiri bahwa dia adalah public figure yang sukses, dengan karir cemerlang. Oleh karena untuk meyakinkan audiens dia harus berpenampilan menarik atau berlebihan. 
  7. Marketing, Dia menjadi brand ambassador suatu aplikasi atau produk, dan dituntut flexing sebagai wujud keberhasilan. Kaya dan sukses karena Trading dan Casino, atau cantik dan hidup glamour karena bisnis skin care

Spill mobil baru nya kak?
Spill mobil baru nya kak? MarleneBitzer
Penyakit kejiwaan yang terkait perilaku flexing

Halaman:

Editor: Setyo Ari Cahyono

Sumber: Good Doctor Binus.ac.id kampuspsikologi.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah