INDONESAINS- Ketika seseorang berbuat entah itu perbuatan baik atau buruk, dipercaya akan ada imbasnya di masa depan. Seperti kata pepatah apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai. Sebagian orang berbuat baik karena dia tahu, timbal balik nya sesuatu kebaikan juga akan datang padanya di masa yang akan datang.
Namun berbanding terbalik ketika orang berbuat jahat, maupun menzalimi orang lain dia tidak memikirkan efek apapun di masa depan. Atau keburukan yang menimpa seseorang di masa kini, dianggap imbas perbuatan salahnya di masa lalu. Ini menjadi sumber kata-kata fenomenal " Karma itu nyata"
Karma dalam spiritualisme
Banyak orang yang salah mengartikannya sebagai "hukuman". Karma sebenarnya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti tindakan atau perbuatan. Karma adalah konsep yang digunakan di kepercayaan Hindu dan Budha. "Karmaphala" merupakan hasil yang didapatkan dari perbuatan ini, sedangkan "vipaka" adalah akibat yang ditimbulkannya.
Budhisme, karma berpegang pada prinsip sebab dan akibat. Hasil dari suatu tindakan — yang dapat berupa verbal, mental, atau (perbuatan) fisik — ditentukan juga oleh niatnya.
Dalam Islam, tidak mengenal karma. Tapi ada namanya hukum dzarrah. Sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan akan ada pahalanya, begitu juga sekecil apapun perbuatan buruk yang kita lakukan, dosa nya juga terhitung. Seperti tercantum dalam Al-Qur'an QS Al-Zalzalah: 7-8
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ . وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya”