Network
Telekinesis didasarkan pada asumsi bahwa pikiran manusia memiliki kekuatan untuk menggerakkan atau mengubah benda dengan kehendak atau intensi saja.
- Memfokuskan pikiran pada objek yang ingin digerakkan atau diubah. Ini bisa dilakukan dengan bermeditasi, menenangkan pikiran, dan memvisualisasikan objek secara detail.
- Membangun koneksi mental dengan objek tersebut. Ini bisa dilakukan dengan merasakan energi, getaran, atau frekuensi dari objek tersebut.
- Mengarahkan intensi atau keinginan untuk menggerakkan atau mengubah objek tersebut. Ini bisa dilakukan dengan membayangkan pergerakan atau perubahan yang diinginkan secara jelas dan kuat.
- Melepaskan intensi atau keinginan tersebut dan membiarkan proses telekinesis terjadi. Ini bisa dilakukan dengan percaya bahwa telekinesis benar-benar ada dan mungkin terjadi.
Peralatan elektronik untuk membantu proses telekinesis
Beberapa contoh peralatan elektronik untuk membantu proses telekinesis:
- Brain-computer interface (BCI): peralatan ini menggunakan sensor elektro-ensefalo-grafi (EEG) untuk mengukur aktivitas otak manusia dan mengirimkan sinyal ke komputer atau perangkat lain. Alat ini biasanya digunakan untuk mendiagnosa epilepsi, dan meneliti aktivitas otak selama tidur.
- Neurofeedback: peralatan ini menggunakan BCI untuk memberikan umpan balik visual, audio, atau taktil kepada pengguna tentang kondisi otak mereka.
Neurofeedback dapat digunakan untuk melatih pengguna untuk meningkatkan konsentrasi, relaksasi, atau kreativitas, yang dapat berpengaruh pada kemampuan telekinesis.
- Mind-controlled drone: peralatan ini menggunakan BCI untuk mengontrol gerakan drone dengan pikiran.
Drone adalah pesawat tanpa awak yang dapat terbang di udara dan membawa kamera atau sensor lainnya. Mind-controlled drone dapat digunakan untuk eksplorasi, survei, atau hiburan.
Namun, peralatan ini dapat memberikan pengalaman baru dan menarik bagi pengguna yang tertarik dengan telekinesis.Telekinesis masih menjadi misteri yang belum terpecahkan oleh manusia.
