Fakta Ilmiah di Balik Hukuman Mati yang Sering Kontroversial

- 28 September 2023, 11:35 WIB
Ilustrasi hukuman mati.
Ilustrasi hukuman mati. /Pexels

Indonesains - Hukuman mati sering kali menjadi kontroversial, bahkan di banya negara mendapatkan penolakan. Kasus narkoba, misalnya adalah salah satu kejahatan luar biasa atau Extraordinary Crime yang sering dikaitkan dengan hukuman mati.

Hukuman mati dianggap sebagai cara yang tepat sebagai pencegahan dan menimbulkan efek jera agar kasus serupa tidak terulang lagi, benarkah demikian?

Terkait hal itu, ada banyak penelitian tentang hukuman mati yang ternyata semuanya memberikan bukti bahwa hukuman mati tidak memberikan efek jera dan tidak efektif sebagai pencegahan. Hukuman mati justru berdampak buruk bagi negara dan sistem hukum di suatu negara.

Sebuah penelitian menunjukan bahwa 88 persen dari kriminolog tidak percaya hukuman mati adalah pencegah efektif. Para kriminolog yang disurvei di antaranya adalah siswa di American Society of Criminology (ASC), pemenang ASC's Sutherland Award (penghargaan tertinggi yang diberikan oleh organisasi itu untuk kontribusi pada teori kriminologis) dan presiden ASC antara 1997 hingga sekarang.

Presiden-presiden itu sebelum 1997 telah dimasukkan dalam survei sebelumnya. Responden diminta untuk mendasarkan jawaban mereka pada penelitian empiris yang ada, bukan pandangan pribadi mereka tentang hukuman mati. Hampir 78 persen dari mereka yang disurvei mengatakan bahwa hukuman mati di suatu negara tidak menurunkan tingkat pembunuhan.

Baca Juga: Fakta Sains di Balik Sistem Demokrasi yang Dianggap Paling Baik

Baca Juga: Desa Acciaroli, Desa Eksotis Orang-orang Berusia Lebih dari 100 Tahun

Selain itu, 91 persen responden mengatakan politisi mendukung hukuman mati agar terlihat tangguh dalam kejahatan - dan 75% mengatakan bahwa hal itu mengalihkan perhatian legislatif di tingkat negara bagian dan nasional dari fokus pada solusi nyata untuk masalah kejahatan.

Secara keseluruhan, 94 persen setuju bahwa ada sedikit bukti emperikal untuk mendukung efek jera dari hukuman mati. Dan 90 persen mengatakan hukuman mati memiliki sedikit efek secara keseluruhan.

Selain itu, 91,6 persen mengatakan bahwa meningkatkan frekuensi eksekusi tidak akan menambah efek jera, dan 87,6 persen mengatakan bahwa mempercepat eksekusi juga tidak akan berhasil.

Tidak hanya itu, Polling Gallup yang menggambarkan opini publik juga membuktikan hal itu. Bahwa meningkatkan frekuensi eksekusi tidak akan menambah efek jera.

Hanya 34% responden setuju bahwa hukuman mati dapat menjadi peringatan dan dapat mencegah terjadinya lagi aksi pembunuhan dan dapat menurunkan tingkat pembunuhan. Kemudian pada tahun 2004, 62 persen orang mengatakan hukuman mati bukan pencegah. Bagaimana menurutmu, apakah hukuman mati sudah tepat?***

 

Editor: Ricky Jenihansen

Sumber: American Society of Criminology


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah