Kelas Sosial Lebih Tinggi Cenderung Memiliki Keyakinan Berlebihan

- 12 Oktober 2023, 17:00 WIB
Ilustrasi orang dengan kelas sosial lebih tinggi.
Ilustrasi orang dengan kelas sosial lebih tinggi. /Can Stock Photo

Indonesains - Riset dari peneliti di University of Virginia menemukan bahwa orang-orang yang merasa dirinya berada dalam kelas sosial lebih tinggi memiliki keyakinan yang berlebihan. Mereka yakin bahwa mereka lebih mahir daripada orang lain di kelas bawah mereka yang sama-sama memiliki kemampuan.

Sikap terlalu percaya diri itu sering disalahartikan sebagai kompentensi yang lebih dalam situasi penting, seperti wawancara kerja. Rincian penelitian tersebut dipublikasikan American Psychological Association dalam Journal of Personality and Social Psychology secara daring.

Peter Belmi, PhD, dari University of Virginia yang merupakan author penelitian tersebut mengatakan menunjukkan bahwa kelas sosial membentuk sikap yang dimiliki orang tentang kemampuan mereka dan, yang pada gilirannya, memiliki implikasi penting untuk bagaimana hirarki kelas berlanjut dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Pada penelitian itu, Belmi dan rekannya melakukan serangkaian empat investigasi dengan melihat hubungan antara kelas sosial dan kepercayaan diri yang berlebihan dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi persepsi orang lain tentang kompetensi seseorang.

Yang terbesar melibatkan lebih dari 150.000 pemilik usaha kecil di Meksiko yang mengajukan pinjaman. Untuk mengukur kelas sosial, para peneliti memperoleh informasi tentang pendapatan pelamar, tingkat pendidikan, dan persepsi mereka dalam masyarakat sebagai bagian dari proses aplikasi.

Pelamar diminta untuk menyelesaikan penilaian psikologis, seperti flashcard, yaitu tes kognitif di mana peserta ditunjukkan gambar yang hilang setelah mereka menekan tombol dan digantikan oleh gambar kedua.

Mereka kemudian harus menentukan apakah gambar kedua cocok dengan yang pertama. Setelah menyelesaikan 20 uji coba, pelamar diminta untuk menunjukkan kinerja mereka dibandingkan dengan yang lain dalam skala 1 hingga 100.

Ilustrasi wawancara kerja.
Ilustrasi wawancara kerja. Freepik/yanalya

Ketika para peneliti membandingkan skor aktual dengan prediksi pelamar, mereka menemukan bahwa orang-orang dengan pendidikan lebih tinggi, lebih banyak pendapatan, dan kelas sosial yang lebih tinggi memiliki keyakinan berlebihan bahwa mereka akan berkinerja lebih baik daripada yang lain, dibandingkan dengan orang lain.

Dua investigasi lain yang melibatkan lebih dari 1.400 peserta daring menemukan hubungan yang serupa antara kelas sosial dan terlalu percaya diri. Untuk penyelidikan akhir, para peneliti merekrut 236 mahasiswa sarjana, masing-masing menjawab kuis trivia 15 item dan meminta mereka untuk memprediksi bagaimana nasib mereka dibandingkan dengan yang lain.

Mereka juga diminta untuk menilai kelas sosial mereka dan untuk pendapatan keluarga mereka dan tingkat pendidikan ibu dan ayah mereka. Seminggu kemudian, para siswa dibawa kembali ke lab untuk wawancara. Lebih dari 900 hakim, direkrut secara online, masing-masing menonton salah satu video dan menilai kesan mereka tentang kompetensi pelamar.

Sekali lagi, para peneliti menemukan siswa dari kelas sosial yang lebih tinggi cenderung lebih percaya diri, tetapi mereka juga menemukan bahwa kepercayaan diri yang berlebihan ini disalahartikan oleh para hakim yang menonton video mereka sebagai kompetensi yang lebih besar.

Menurut Belmi, efek terlalu percaya diri mungkin sebagian karena perbedaan nilai antara kelas menengah dan kelas bawah. Di kelas menengah, orang-orang diajari untuk membedakan diri mereka dari orang lain, untuk mengekspresikan apa yang mereka pikirkan dan rasakan hingga percaya diri untuk mengekspresikan ide dan pendapat mereka, bahkan ketika mereka tidak memiliki pengetahuan yang akurat.

Sebaliknya, orang-orang kelas bawah diajari untuk merangkul nilai-nilai kerendahan hati, keaslian dan mengetahui tempatnya dalam hierarki. Temuan itu menantang kepercayaan yang diyakini secara luas bahwa semua orang berpikir mereka lebih baik dari yang lain. Hasil itu menunjukkan bahwa jenis pemikiran seperti itu mungkin lebih umum di kalangan kelas menengah dan atas.***

Editor: Ricky Jenihansen

Sumber: American Psychological Association


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah