Instan Kurangi Lemak, Inilah Risiko dan Manfaat Tummy Tuck

- 6 Juni 2023, 09:50 WIB
Tummy Tuck merupakan prosedur yang dapat secara instan mengurangi lemak.
Tummy Tuck merupakan prosedur yang dapat secara instan mengurangi lemak. /Pixabay

Indonesains - Abdominoplasty atau tummy tuck atau yang dikenal dengan tarik perut hingga saat ini diketahui memiliki risiko komplikasi yang signifikan, termasuk infeksi, masalah penyembuhan luka dan penumpukan darah di bawah kulit hingga pembekuan darah.

Namun sebuah penelitian dari Wolters Kluwer Health menemukan bahwa tarik perut dapat dilakukan dengan aman pada pasien obesitas, tanpa peningkatan komplikasi dibandingkan pasien non-obesitas.

Anggota Ahli Bedah ASPS Laurence Glickman, MD, MSc, FACS yang terlibat dalam penelitian tersebut mengatakan tarik perut, dengan atau tanpa sedot lemak bersamaan, pada pasien obesitas adalah prosedur yang aman dan efektif dengan tingkat komplikasi perioperatif yang sama dengan populasi pasien non-obesitas.

Penelitian tersebut melibatkan 82 pasien yang menjalani abdominoplasty, selama periode tujuh tahun. Dua puluh satu pasien diklasifikasikan sebagai obesitas. 62 pasien yang tersisa diklasifikasikan sebagai non-obesitas.

Tingkat komplikasi dibandingkan antar kelompok, dengan waktu tindak lanjut rata-rata hampir satu tahun. Pasien obesitas lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi. Bagi sebagian besar pasien di kedua kelompok, operasi pengencangan perut dikombinasikan dengan sedot lemak.

Seperti dalam penelitian sebelumnya tentang abdominoplasty, ada risiko komplikasi yang signifikan. Namun, semua tingkat komplikasi serupa antara kelompok.

Baca Juga: Mengenal Tembiluk, Makanan Khas Dayak Yang Biasa Dimakan Nur Lela Heand

Baca Juga: Beda Dulu dan Sekarang, Cara Masyarakat Menanggapi Kematian

Baca Juga: 90 Persen Remaja Perempuan Terbunuh Oleh Pasangan Intimnya

Pasien obesitas memiliki tingkat pengumpulan cairan yang lebih tinggi di bawah kulit, 22,5 berbanding 14,2 persen. Namun, perbedaan antara kelompok tidak signifikan secara statistik.

Dr. Glickman mengatakan banyak ahli bedah memilih untuk tidak melakukan abdominoplasti pada pasien dengan BMI tinggi, takut risiko peningkatan komplikasi perioperatif.

Sebagian besar penelitian sebelumnya tentang abdominoplasti pada pasien dengan BMI tinggi berfokus pada mereka yang telah menjalani operasi bariatrik (seperti bypass lambung), yang berisiko tinggi mengalami komplikasi.

Temuan ini membantu untuk mengklarifikasi risiko dan hasil dari abdominoplasty pada pasien bedah non-bariatric dengan BMI dalam kisaran obesitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien obesitas tidak boleh dipandang sebagai kontraindikasi ketat untuk abdominoplasty.

Menurutnya, ahli bedah plastik harus mengevaluasi pasien berdasarkan kasus per kasus dan pasien harus dikonseling mengenai potensi risiko perioperatif dari prosedur ini.

Mereka juga menekankan pentingnya mendiskusikan tujuan realistis pasca operasi dengan pasien operasi tarik perut.

Hasil penelitian ini telah diterbitkan dalam journal of the American Society of Plastic Surgeons (ASPS) dengan judul "Abdominoplasty in the Obese Patient: Risk versus Reward" yang diterbitkan secara daring.***

Editor: Ricky Jenihansen

Sumber: Wolters Kluwer Health American Society of Plastic Surgeons


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x