- Sulit merangkai suku kata dengan urutan yang tepat
- Sulit mengucapkan kata-kata panjang atau rumit
- Sering mengulang kata-kata beberapa kali
- Ucapan tidak konsisten, pada saat tertentu mengucapkan kata dengan benar, lain waktu bisa salah
- Salah menekankan bunyi kata tertentu (infleksi)
- Berlebihan memakai komunikasi non-verbal (isyarat)
- Distorsi suara vokal (sengau)
- Menghilangkan konsonan awal dan akhir kata (contoh diucapkan "onto")
- Meraba-raba dan berjuang untuk membuat kata dan kalimat
Gejala apraksia (anak-anak)
- Saat bayi, tidak banyak mengoceh
- Kosakata terbatas
- Masalah tata bahasa
- Koordinasi dan keterampilan motorik halus mengalami masalah
- Sukar mengunyah dan menelan
- Kecanggungan
Penyebab apraksia
Apraksia pada orang dewasa disebabkan oleh kerusakan bagian otak yang mengontrol bicara. Kondisi ini merupakan imbas dari trauma kepala, stroke atau bisa juga tumor otak. Kejadian apraksia pada anak-anak belum diketahui sebab pastinya, ahli menduga ada gangguan persinyalan antara otak dan otot bicara (motorik).
Mendeteksi apraksia
Tidak ada tes tunggal secara pasti untuk menilai apraksia terutama pada anak. Penilaian gejala biasanya dilakukan setelah usia anak 2 tahun, karena sebelum itu, anak belum memahami ucapan.
- Menyuruh mengulang kata-kata yang sama
- Melafalkan kata-kata dari mudah ke rumit, seperti "lelaki, laki-laki, kelakia-lakian.." dst.
- Menilai suara, suku kata, dan kata mana yang dapat dibuat dan dipahami oleh anak.
- Memeriksa mulut , lidah, dan wajah untuk setiap masalah struktural yang mungkin mencetus apraksia
- Memeriksa apakah ada kesulitan atau kelemahan pemahaman bahasa
Selain itu pemeriksaan MRI (magnetic resonanse imaging) pada kepala bisa dilakukan untuk mengetahui lokasi otak di bagian mana yang menyebabkan apraksia.
Pengobatan apraksia
Apraksia yang didapat, bisa sembuh secara total dengan sendirinya tanpa perawatan. Namun beberapa kasus memerlukan campur tangan terapis wicara secara intensif hingga lima kali dalam seminggu.