Diet Rendah Karbo Sebabkan Gangguan Irama Jantung dan Terkena Stroke

- 27 September 2023, 21:25 WIB
Ilustrasi penyakit stroke.
Ilustrasi penyakit stroke. /Freepik

Indonesains - Belakangan, diet rendah karbohidrat adalah hal yang populer. Namun sebuah hasil penelitian mengungkap orang yang mendapatkan proporsi kalori harian yang rendah dari karbohidrat seperti biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran bertepung secara signifikan lebih mungkin mengembangkan atrial fibrilasi (AFib).

AFib adalah kondisi jantung di mana denyut jantung tidak beraturan dan sering kali cepat. Penelitian itu telah dipresentasikan di American College of Cardiology's 68th Annual Scientific Session.

Mereka menganalisis catatan kesehatan hampir 14.000 orang yang mencakup lebih dari dua dekade, seperti dilansir dari laman Eurekalert. Para peneliti mengambil data dari Atherosclerosis Risk in Communities (ARIC), sebuah studi yang diawasi oleh National Institutes of Health yang berjalan dari 1985-2016.

Dari hampir 14.000 orang yang tidak memiliki AFib ketika mereka mendaftar dalam penelitian ini, para peneliti mengidentifikasi hampir 1.900 peserta yang kemudian didiagnosis dengan AFib selama rata-rata 22 tahun masa tindak lanjut.

Peserta studi diminta untuk melaporkan asupan harian mereka dari 66 item makanan yang berbeda dalam kuesioner. Para peneliti menggunakan informasi ini bersama dengan Harvard Nutrient Database untuk memperkirakan asupan karbohidrat harian masing-masing peserta dan proporsi kalori harian yang berasal dari karbohidrat.

Baca Juga: Wanita yang Selalu Gagal Diet Mungkin Lampu Tidur Penyebabnya

Baca Juga: Hasil Penelitian: Kopi Dapat Menjadi Rahasia Menurunkan Berat Badan

Dari hasil penelitian tersebut menunjukan, orang dengan diet rendah karbo memiliki kemungkinan 18 persen lebih tinggi terkena AFib.

Penelitian tersebut adalah yang pertama dan terbesar untuk menilai hubungan antara asupan karbohidrat dan AFib. Kondisi jantung tidak selalu berdetak atau mengikuti kecepatan yang seharusnya, yang dapat menyebabkan jantung berdebar, pusing, dan kelelahan.

Halaman:

Editor: Ricky Jenihansen

Sumber: American College of Cardiology


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah