Atas Dasar Keadilan atau Kebaikan, Bagaimana Seseorang Membuat Keputusan Moral?

5 Juni 2023, 13:15 WIB
Ketika harus membuat keputusan moral, kita sering berpikir tentang prinsip kebaikan. /Pixabay

Indonesains - Ketika harus membuat keputusan moral, kita sering berpikir tentang prinsip kebaikan, perlakukan orang lain seperti kamu ingin diperlakukan orang lain. Namun, mengapa kita membuat keputusan seperti itu telah banyak diperdebatkan selama ini.

Apakah kita termotivasi oleh perasaan bersalah, di mana kita tidak ingin merasa buruk karena mengecewakan orang lain? Atau karena rasa keadilan?

Penelitian dari Radboud University - Dartmouth College menunjukkan bagaimana seseorang membuat keputusan moral dan keputusan tersebut dapat berubah tergantung pada konteksnya.

Beberapa orang mungkin mengandalkan prinsip-prinsip rasa bersalah dan keadilan dan dapat mengubah aturan moral mereka tergantung pada keadaan.

Temuan tersebut menantang penelitian sebelumnya dalam bidang ekonomi, psikologi dan ilmu saraf, yang sering didasarkan pada premis bahwa orang termotivasi oleh satu prinsip moral, yang tetap konstan dari waktu ke waktu.

Jeroen van Baar, seorang rekan peneliti postdoctoral di departemen ilmu kognitif, linguistik dan psikologis di Brown University mengatakan penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan perilaku moral, orang mungkin tidak selalu selalu berpegang pada aturan kebaikan.

Baca Juga: Beda Dulu dan Sekarang, Cara Masyarakat Menanggapi Kematian

Sementara kebanyakan orang cenderung menunjukkan perhatian terhadap orang lain, orang lain mungkin menunjukkan apa yang kita sebut 'oportunisme moral', di mana mereka masih ingin melihat bermoral tetapi ingin memaksimalkan keuntungan mereka sendiri.

Dalam kehidupan sehari-hari, lanjutnya, kita mungkin tidak memperhatikan bahwa moral kita tergantung pada konteks karena konteks kita cenderung tetap sama setiap hari.

Namun, dalam keadaan baru, kita mungkin menemukan bahwa aturan moral yang kita pikir selalu kita ikuti sebenarnya cukup dapat ditempa.

Perilaku tersebut ternyata memiliki konsekuensi luar biasa jika kita mempertimbangkan bagaimana perilaku moral kita dihadapkan pada konteks baru seperti perang.

Untuk menguji pengambilan keputusan moral dalam konteks timbal balik, para peneliti merancang game kepercayaan yang dimodifikasi yang disebut Hidden Multiplier Trust Game, yang memungkinkan mereka untuk mengklasifikasikan keputusan dalam membalas kepercayaan sebagai fungsi dari strategi moral individu.

Baca Juga: Ferrofluid, Cairan Magnet Pemusnah Kanker di Masa Depan

Dengan metode tersebut, tim dapat menentukan jenis strategi moral yang digunakan oleh peserta studi, seperti keengganan yang tidak adil yaitu di mana orang membalas karena mereka ingin mencari keadilan.

Rasa bersalah keengganan yaitu di mana orang membalas karena mereka ingin menghindari rasa bersalah, keserakahan, atau oportunisme moral, tergantung pada apa yang paling sesuai dengan kepentingan mereka.

Para peneliti juga mengembangkan model strategi moral komputasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana orang berperilaku dalam permainan dan memeriksa pola aktivitas otak yang terkait dengan strategi moral.

Temuan ini mengungkapkan untuk pertama kalinya bahwa pola aktivitas otak yang unik mendasari keengganan ketidaksetaraan dan strategi keengganan rasa bersalah, bahkan ketika strategi tersebut menghasilkan perilaku yang sama. Untuk peserta yang secara moral oportunistik atau orang yang hanya ingin mementingkan diri sendiri.

Baca Juga: Tahukah Anda, Sepertiga Planet yang Paling Umum di Galaksi Berada di Zona Layak Huni

Para peneliti mengamati bahwa pola otak mereka beralih di antara dua strategi moral dalam konteks yang berbeda.

Hasil kami menunjukkan bahwa orang dapat menggunakan prinsip moral yang berbeda untuk membuat keputusan, dan bahwa beberapa orang jauh lebih fleksibel dan akan menerapkan prinsip yang berbeda tergantung pada situasinya.

Temuan itu mungkin menjelaskan mengapa orang yang kita sukai dan hormati sesekali melakukan hal-hal yang kita anggap tidak pantas secara moral.

Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan baru-baru ini di Nature Communications dengan judul "The computational and neural substrates of moral strategies in social decision-making" dan merupakan jurnal open akses yang dapat diakses melalui laman nature.

Editor: Ricky Jenihansen

Sumber: Nature Radboud University

Tags

Terkini

Terpopuler