Network
Indonesains - Penelitian dari universitas di Coventry dan Oxford University menantang tren yang sedang berkembang saat ini, bahwa percaya dengan hal yang ghaib adalah sesuatu yang datang dengan sendirinya secara alami dan secara intuitif. Menurut penelitian ada penjelasan ilmiah terkait hal itu, keyakinan agama ternyata tidak terkait dengan intuisi atau pemikiran rasional.
Studi sebelumnya menunjukkan bahwa orang yang memiliki kepercayaan agama yang kuat lebih intuitif dan kurang analitis, dan ketika mereka berpikir lebih analitis, kepercayaan terhadap agama mereka menurun.
Tetapi hasil penelitian, oleh para akademisi dari Pusat Kemajuan Ilmu Pengetahuan Behavioral di Universitas Coventry dan para ahli ilmu saraf dan filsuf di Universitas Oxford, menunjukkan bahwa tidak demikian halnya, dan orang-orang tidak "dilahirkan sebagai orang yang percaya".
Studi ini - yang mencakup tes pada peziarah yang ambil bagian dalam Camino de Santiago yang terkenal dan eksperimen stimulasi otak - tidak menemukan hubungan antara pemikiran intuitif / analitis, atau penghambatan kognitif (kemampuan untuk menekan pikiran dan tindakan yang tidak diinginkan), dan keyakinan terhadap hal-hal ghaib.
Baca Juga: Kisah Nyata Miracle Mike Ayam yang Hidup 1,5 Tahun Tanpa Kepala
Baca Juga: Ketika Kecanduan Game Ditetapkan Sebagai Penyakit Mental
Baca Juga: Rahasia Mengapa Machu Picchu Dibangun di Tempat Yang Ekstrem
Fungsi kognitif adalah aktivitas intelektual yang mencakup proses mental, seperti perhatian, kecepatan pemrosesan, pembelajaran dan memori, fungsi eksekutif, kefasihan verbal, dan memori kerja.
Sebaliknya, para akademisi menyimpulkan bahwa faktor-faktor lain, seperti pengasuhan dan proses sosial-budaya, lebih cenderung memainkan peran yang lebih besar dalam kepercayaan agama.
